Kebiasaan-Kebiasaan Yang Berubah Setelah Menjalani Gaya Hidup Minimalis

Oktober 09, 2021

Larasatinesa.com - Kalau dipostingan sebelumnya saya bercerita alasan saya beralih gaya hidup ke minimalis dan apa aja yang saya lakukan untuk memulai hidup minimalis, kali ini saya mau share sama kamu tentang perubahan-perubahan apa aja yang terjadi di hidup saya selama hampir 1,5 tahun mengganti gaya hidup ini. Memang belum berubah total ya, masih bertahap dan saya pun masih terus belajar. Tapi nggak tahu kenapa, perubahan-perubahan kecil ini efeknya besar buat hidup saya. Bisa dibilang ini adalah sebuah pencapaian yang bikin saya bangga sama diri sendiri.

image source: unsplash | edited by canva

Oke, terus yang berubah apa, Nes?


1. Mindset (Pola Pikir) 

Ada yang nanya: "Kamu kan udah jadi minimalis nih, jadi sekarang kamar / rumah kamu udah estetik banget dong ya..."

NO. 😂

Alhamdulillah kamar saya temboknya masih hijau, dan seprainya kembang-kembang warna biru. 🤣

Melihat keresahan orang-orang awam yang beranggapan gaya hidup minimalis harus punya barang-barang estetik itu agak miris sih. Apa lagi banyak banget influencer yang sering bikin konten review haul barang- estetik yang bikin orang pada mupeng. Jujurly, saya pun suka sekali lihatnya. Namanya juga kita perempuan yak, pasti kalau lihat yang gemas-gemas bakalan tertarik. Tapi jangan bawa-bawa istilah minimalis di dalamnya ya. 

Karena sebenarnya gaya hidup minimalis bukan ditentukan dari estetikanya, melainkan dari mindset dan perilakunya. 

Dan saya pun nggak men-judge kamu yang beli barang-barang lucu atau estetik itu salah. Karena tiap orang kebutuhannya berbeda. Siapa tahu memang barang tersebut yang memang lagi dibutuhkan dan kebetulan belinya pas lagi ada sale, kan? Menurut saya, kita bisa beli apa pun yang kita suka asalkan secara mindful

Sekali lagi, minimalis itu nggak harus estetik, begitu pun sebaliknya yang estetik belum tentu minimalis.



Ada satu lagi yang bikin saya resah. Ketika orang-orang menganggap bahwa:

Hidup minimalis = hidup hemat = pelit = hidup kekurangan

Kadang suka ingin teriak: "KONSEPNYA BEDA, MAEMUNAH!" 😂

Jadi, minimalism adalah tentang bagaimana kamu mengetahui dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan apa yang kamu butuhkan dan penting untukmu - @lyfewithless

Hidup minimalis itu membeli barang-barang yang harganya bisa murah atau mahal namun fungsi serta manfaatnya sangat berarti dan bisa dipakai berkelanjutan buat hidup kamu. FYI, tidak ada patokan harga di sini, artinya pengeluaran kamu di sini bisa aja jadi hemat, sama aja (kayak sebelum jadi minimalis) atau besar di awal. Semua tergantung kebutuhan masing-masing.

Sementara hidup kekurangan / pelit itu ketika kamu membeli barang semurah-murahnya yang penting ada tanpa melihat manfaat, kualitas dan seberapa pentingnya barang tersebut untuk hidup kamu. Harga murah di sini wajib demi menekan pengeluaran. Nggak ada yang salah kok dengan ini. Hanya saja ini bukan bentuk gaya hidup minimalis. 

Sampai di sini paham kan ya? 


***

Balik lagi ke soal mindset dan perilaku. Sekarang entah kenapa saya lebih calm dan menerima segala bentuk kesenangan dan kesedihan yang datang di kehidupan saya. Contoh dalam berhubungan dengan orang lain, saya punya prinsip kalau orang itu mau stay silahkan, mau pergi juga nggak apa-apa. Hidup kan dinamis, orang-orang datang dan pergi silih berganti. Just make it easy and simple. 



Saya memang belum bisa lepas dari overthinking. Yaa namanya juga manusia, masih di situasi pandemi pula. Ada hari-hari di mana saya ngerasa menginginkan sesuatu yang sangat berisiko. Ketika overthinking, emosi saya semakin menggebu. Dari pada saya lepas kontrol, yang selalu saya lakukan adalah menenangkan diri dan curhat ke orang-orang terdekat. Buat saya ini efektif banget untuk mengendalikan semua perilaku yang terburu-buru. Dan benar aja, ini works di kasus saya. 

Mungkin ini ada kaitannya dengan saya yang lagi mempelajari filosofi Stoikisme. Penjelasan sederhananya begini: kita hanya bisa mengendalikan apa yang ada dalam kendali kita - yakni pikiran dan tindakan kita sendiri. Apa pun di luar dua hal ini adalah hal eksternal di luar kendali kita. - Great Mind.

Hmm.. menarik juga bahas stoik nanti dipostingan selanjutnya. Saya pelajari dulu ya. Haha!


2. Habit (Kebiasaan)

Saya akan jelasin 3 kebiasaan saya yang berubah sejak menjalankan gaya hidup minimalis:

Decluttering 

Istilah decluttering ini emang udah nggak asing lagi di kalangan para minimalis ya. Decluttering ini hanya saya anggap bagian dari aksi minimalism. Saya yang pemalas ini tiba-tiba aja jadi suka declutter barang-barang di rumah. Emang sih nggak sering banget, tapi sebulan tuh pasti ada aja barang yang saya beresin, preloved dan juga didonasikan. Alhamduliilah, udah nggak berat-berat banget sekarang lepasin barang yang udah nggak spark joy lagi tuh. 

Jadi, bukan berarti ketika saya melakukan decluttering, saya udah bisa bilang kalau saya hidup minimalis. Melainkan akhirnya saya bisa memilah barang mana yang masih benar-benar saya butuhkan.



Purchase Behavior: bertanya sebelum membeli barang

Maksudnya nanya ke siapa, Nes?

Ya.. ke diri sendirilah.. Hahaha!

Jadi, saya itu sekarang punya kebiasaan bertanya sebelum membeli sesuatu. Siklusnya emang agak panjang nih. Kayak gini kira-kira:

  1. Apakah saya benar-benar butuh barang tersebut?
  2. Andai saya nggak membelinya, apakah saya bisa pakai yang sudah ada? Atau mungkin bisa pinjam / sewa?
  3. Apa yang akan saya lakukan dengan barang tersebut?
  4. Apakah barang tersebut akan membuat saya happy?
  5. Seberapa sering saya akan menggunakan barang tersebut?

Mikirin ini kadang bisa sampai 1 bulan lamanya dengan hasil bisa jadi beli / nggak. Sejujurnya pas nulis ini saya ada wishlist mau ganti hp. Tapi masih saya diamkan sampai saya benar-benar tau apakah memang seperlu itu atau masih bisa pakai hp yang lama. 



Mungkin nanti kalau nggak mager, saya bahas ini dipostingan selanjutnya ya. (Banyak banget ya rencana nulisnya si Nesa ini. 😂)

Baca Juga: Terlepas Dari Impulsive Buying


Beralih ke produk lokal ramah lingkungan

Dulu benar-benar nggak terpikirkan bahwa saya bisa menyukai produk ramah lingkungan. Pikirannya emang belum open minded dulu. Ditambah kurang percayaan gitu sama kualitas produk-produk lokal yang kebanyakan memang belum booming dipasaran. Tapi tenang.. sekarang udah tobat kok. Hehe.

Awalnya, saya coba produk sampo. Terus saya kaget karena ini samponya cocok di saya. Sejak saat itu, saya jadi sering browsing produk-produk lokal yang ramah lingkungan. Ternyata ada buanyaak banget! Bahan-bahannya pun kebanyakan natural yang udah pasti aman dan juga melestarikan hasil bumi.


Kebiasaan-kebiasaan yang saya tuliskan di sini pastinya terus bertambah seiring waktu dan dari seberapa banyaknya saya memahami konsep minimalis ini. 


3. Digital Minimalism

Ketika merasa lelah dengan dunia digital, salah satu cara yang paling efektif adalah istirahat. Saya pernah bahas tuntas digital minimalism dipostingan sebelumnya. Kalau kata Haenim Sunim: "ketika dihadapkan dengan banyak pilihan, manusia jadi tidak bahagia." Yap. Saya menjadi nggak bahagia ketika tahu banyak hal. Semua informasi berlebihan tersebut sering kali saya serap dari social media. 


Makanya saya mulai membatasi waktu ber-socmed. Saya sadar ketika berlama-lama online, saya jadi insecure dan berusaha ingin jadi seperti orang-orang yang saya lihat di sana. Dalam hati saya bilang: "kalau dia aja bisa, kenapa gue nggak?" awalnya saya mengartikan ini sebagai sebuah motivasi diri. Tapi lama kelamaan saya terganggu karena ini malah menjadi sebuah obsesi. Saya ingin ber-social media dengan wajar dan mindful.

Baca Juga: Ketika Social Media Bikin Burn Out


4. Bertanggung jawab terhadap sampah 

Ini bukan sok-sok zero waste kayak yang udah pada expert itu ya. Masih jauh bangetlah pokoknya. Terus juga saya nggak ada cita-cita mau jadi expert dalam hal ini kok. wkwk. 

Walau bentuknya masih perubahan kecil, tapi ini buat saya udah sebuah pencapaian yang nggak pernah dibayangkan sebelumnya. Siapa yang nyangka si Nesa yang moody-an ini sekarang jadi sering kumpulin sampah empties product skincare-nya buat di donasiin ke tempat daur ulang. Haha! 


Perasaannya tuh aneh banget gitu. Bisa-bisanya saya senang banget ngelakuin ini. Kalau dipikir-pikir ini proses ngumpulinnya effort banget; dicuci, dikeringkan, disusun ke box, lalu dikirim. Memang sih saya baru 2x mengirimkan sampah saya. Tapi ini akan saya agendakan tiap 1-2 bulan sekali. Terus apa yang didapatkan selain rasa senang? You know what? Habis kirim sampahnya, saya ngerasa legaaaaa banget. 

Ada lagi belanja bulanan ke supermarket. Saya selalu bawa 3 totebag untuk barang belanjaan saya nantinya. 

Boleh dong saya bangga: "Ternyata gue berguna juga buat bumi..."

Semoga bisa berlanjut nggak cuma memilah sampah produk skincare aja, tapi ke jenis sampah yang lain juga.


5. Kenangan terbaik adalah  pengalaman

Tahun 2019 lalu saya sempat liburan akhir tahun ke Malang - Semarang. Itu liburan terakhir sebelum pandemi dan sebelum akhirnya ponsel saya rusak buat selama-lamanya. Ini ngenes banget sih, karena hampir semua foto dan video saya selama liburan di sana nggak bisa diselamatkan. Saya jadi nggak bisa nulis review liburan saya diblog. Tapi untungnya beberapa foto udah saya upload di instagram, juga beberapa file ada yang masih bisa di backup. Saya sempat sedih dan menyalahkan diri sendiri, kok bisa-bisanya nggak langsung transfer file ke laptop. Tapi semuanya udah terlanjur, mau nggak mau saya harus menerimanya.

Bisa dibilang saya itu dulu anaknya sentimental banget sama hal-hal kecil, termasuk barang-barang pemberian orang lain. Saya bisa simpan sampai dengan waktu lama tuh. Even kartu nama temen-temen SD saya aja, saya masih simpan. Kkk.

Tapi setelah belajar minimalis saya akhirnya sadar satu hal, kalau ternyata kenangan yang paling berharga dalam hidup itu adalah pengalaman. Karena ingatan manusia itu ibarat harta karun yang kalau digali terus akan banyak muncul yang berharga. 

Contoh gampangnya gini: ketika kamu buang semua barang pemberian dari mantan kamu sampai bersih, lantas kamu akan lupa dengan apa yang udah kamu lewatin dulu sama mantanmu itu? Nggak kan? 😁


Dan karena ini juga saya suka traveling. Saya  suka sekali kumpulin kenangan dari pengalaman. Walau sekarang belum bisa ke mana-mana, saya selalu sempatkan waktu untuk staycation buat sekadar cari suasana baru selama WFH. Mudah-mudahan nih karena bandara udah open gate, si Nesa bisa ke Bali awal tahun depan ya. Aamiin. 


6. Mindfulness

Mindfulness adalah ketika kita sadar penuh dan hadir utuh terhadap apa yang kita lakukan dan kerjakan. Untuk bisa mindfulness, kamu harus benar-benar mengenali diri mulai dari: yakini, rasakan, butuhkan, sehingga kamu nggak mudah terombang-ambing  dengan pikiran negatif - Great Mind.

Kalau soal mindfulness ini, saya juga masih belajar terus kok. Saya ingin bisa selalu mindful dengan semua yang saya lakukan dalam keseharian. Karena dengan hidup lebih berkesadaran gini, saya jadi lebih bisa menghargai detik demi detik momen yang terjadi dihidup saya. Kan enak gitu, ngelakuin sesuatu even itu cuma nyuci piring atau ngepel lantai tapi kita benar-benar menikmati pekerjaan itu sepenuhnya. 

Menjalani gaya hidup ini membuat saya jadi lebih bahagia dari pada sebelumnya. Karena saya jadi bisa fokus terhadap hal-hal penting dihidup saya, lalu saya jadi gampang ikhlas menerima atau melepaskan sesuatu. Selain itu, saya juga bebas bisa melakukan hal-hal yang saya sukai tanpa harus mikirin pendapat orang lain. 

Sah-sah aja sih mau menunjukkan kebahagiaan diri lewat social media. Nggak ada yang larang kok berbagi kebahagiaan. Asal jangan maksa pura-pura bahagia aja, capek soalnya. Haha! 😅


***

Seseorang yang menjalani hidup minimalis pasti punya kesan-kesannya tersendiri, pun perubahannya pasti berbeda juga dengan yang saya alami. 

Terima kasih ya, udah menyempatkan membaca tentang perubahan kecil dihidup saya ini. Saya nggak akan pernah berhenti untuk cerita ke kamu betapa menyenangkannya menjalani gaya hidup ini. ✨

*semua gambar ilustrasi yang ada dipostingan ini diambil dari unsplash.com


Cheers,

Nesa

You Might Also Like

93 comments

  1. Semakin bertambah usia, saya semakin memikirkan soal hidup lebih simpel dan bermakna. Hasilnya hati dan kepala yang lebih adem memang. Tapi mungkin orang harus lewat fase jalan berbelok-belok dulu baru sampai ke sini, intinya mindful living sih, benar.

    BalasHapus
  2. ah, kenangan terbaik adalah pengalaman, hmm.. nampaknya ini yan paling berat ya untuk hidup minimalist orang-orang yan maih nganut paham jaman dulu hihi.. semua barang yang penuh kenangan masih disimpan, bahkan katanya lumayan bisa di lungsurkan :) tapi kalau memang lebih bermanfaat untuk orang lain sekarang, kenapa enggak ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa orang jaman dulu tuh seneng banget simpan banyak barang, sempat beberapa nemu rumah tua warisan kakek neneknya yang penuh banget sama barang antik. Pas diwarisin si cucu bingung harus di kemanain barangnya. Heu.

      Hapus
  3. Tulisan yang bagus! Emang ya, masalah barang-barang estetik itu menjadi keresahan banyak orang. Terutama karena harganya gak murah dan anggapan orang bahwa minimalism itu kudu eyecatching.

    Padahal pakai barang yang ada, tinggal disulap dikit juga pasti bisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iyaaa. Suami saya jg bilang mending daur ulang yg ada di rumah. Ditata lg yg ciamik pasti bagus jg gak perlu bela beli abis2in uang. Wkwkw

      Hapus
    2. Bener mbak, sebisa mungkin pakai yang ada dulu, kalau benar-benar rusak setelah diperbaiki baru beli lagi deh.

      Hapus
  4. Aku sekarang juga lagi belajar hidup minimalis. Bener-bener mikir seribu kali sebelum beli barang, apakah benar-benar butuh atau sekadar pengen-pengen aja. Hasilnya hidup jadi lebih tertata, hemat dan nggak mudah impulsif kalau pengen ini itu.

    BalasHapus
  5. nice sharing sekali mba, plus ilustrasinya juga kece, bikin jadi tertarik pgn nyobain juga tuh hidup minimalis gitu, lebih peace of mind yaa

    BalasHapus
  6. Sesungguhnya ini adalah PR buatku mbaa,, niat sudah ada tapi kenapa susah bgt untuk diterapkan palagi kmrn 10.10 huuuks lah menangis. mudah2an nextnya aku bisa lbh bijak. aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang susaaah! Hahaha.
      Tapi nggak apa-apa, bisa coba pelan-pelan dulu.

      Hapus
  7. Ya orang mungkin bilang minimalis itu pelit, karena dia belum mencobanya.
    Padahal memang sangat asik, barang² yang ada itu memang kebutuhan bukan keinginan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal barang kebutuhan tuh belum tentu harganya murah, karena kita lebih mentingin kualitas barang tsb hahahaha

      Hapus
  8. Duh kebayang galaunya gimana galaunya ponsel rusak dan belum sempat bikin back up dokumen (foto). Hal ini juga saya alami belum lama ini, maksud hati mau nambah space memory HP dgn beli micro SD, eeh gak tahunya micro SD yang beli tersebut eror, dan semua file sdh terlanjur saya klik remove ke micro SD. Alhamdulillahnya ada sebagian yg terselamatkan karena sdh nyantol di gugel foto.

    BTW, setuju banget dengan penerapan poin "bertanya sebelum membeli barang", apalgi dengan maraknya trend belanja online dan perang diskon tanggal kembar, kerap lupa (khilaf) membeli barang A, B, C...sebenarnya dibutuhkan apa hanya sekedar tergoda dengan promo diskon dll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya lebih efektif tiap bulan catat barang2 yang udah mau habis / rusak / lagi butuh deh biar bisa rem flash sale tanggal kembar.

      Hapus
  9. Hidup minimalis ini PR banget buat kami sekeluarga. Kadang lost control juga untuk beberapa hal. Kalau ingat lagi, aduduh bikin istigfar. Padahal anak-anak udah tahu jug akalu kita wajib menjaga bumi ini, Hihi.

    BalasHapus
  10. Aku sdh mulai decluttering tp blm maksimal sih. Nah, ada banyak nih yg blm dilakuin, terutama zero waste, msh PR besar. Pilihan produk2 jg blm ramah lingkungan. Msh bnyk bgt yg hrs dilakuin utk hidup minimalis.

    BalasHapus
  11. Masih banyak yg berpikri minimalis itu hemat atau seadanya ya hehehe. Padahal harus bisa hidup sesuai kebutuhan. Aku juga mulai decluttering nih terutama barang2 yang lama gak dipakai biar space luas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul mbak, jangan sampai salah paham ya hehe

      Hapus
  12. Wah seneeengnya baca ini Nes. Good Life good work deh ya kadang emang pas sortir kenangan tuh hmm susah. Aku jg gitu. Kartu2 suka dikumpulin.
    Pelan2, belanja bawa wadah tempat sendiri. Klo belanja baju udah nggak kayak dulu lagi jaman ngantor, sampe ibu mertua beliin krna mungkin aku pake itu2 aja 😂
    Sukaa sekali postingan inii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau udah berkeluarga jadi lebih mikir nggak sih mau beli barang-barang tuh? Soalnya pasti banyak kebutuhan.
      Mbak Ucig makasih yaaa

      Hapus
  13. Aku ngikuti dari awal dirimu memutuskan memilih kebiasaan minimalis...Dan progressnya keren habis.
    Di bagian minimalis harus estetik itu aku setuju. Lah kalau semua harus serasi, barang yang lama dikemanain ya...berarti beli lagi, ga minimalis dong akhirnya hihihi
    Aku masih di tahap beberapa poin di atas. Yang berat di antaranya berperang dengan diri, penting dibeli ga sih ini. Kalau ga, akunya ga niat beli eh suami beli, nambah deh barang di rumah...Susah kalau dah berkeluarga mesti kompak bergaya hidup yang sama, karena dua kepala keinginannya berbeda haha
    Semangat Kak Nesa, ditunggu inspirasi minimalism lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah terima kasih ya, Mbak.
      Semangat juga buat mbaknya, gpp pelan-pelan aja.

      Hapus
  14. Dari awal tau minimalis life style, aku selalu mikirnya ttg barang2 yang hanya diperlukan, bulan estetik. Ga ngerti juga kenapa minimalis jadi dianggab estetik :D.

    Aku pengen coba yang ngirimin botol2 kosong skincare sih nes. Kebetulan selama ini ya aku buang biasa, tapi biasa kotaknya aku ancurinbato coret2, botolnya juga aku coret ATO silet di bagian kertas, biar ga dipake Ama tukang skincare yang hobi KW an hahahahah. Setidaknya usaha banget dia bersihin dulu itu coretan. Tapi bagus juga kalo memang bisa dikirim aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mindset-nya kebawa duluan dari rumah minimalis kali mbak, dalamnya kan penuh barang estetik wkwk. Betul mbak, mending donasiin aja beauty empties-nya daripada dipakai sama orang-orang jahil.

      Hapus
  15. Hidup sesuai kebutuhan, itu yang saya jalankan sekarang. Ga lagi memikirkan keinginan.
    Dan saya setuju, kalau hidup minimalis bisa dibilang hidup hemat tapi bukan berarti pelit. Apalagi kalau dikaitkan dengan hidup kekurangan. Salah besar. Hehhee

    BalasHapus
  16. Duh keren Neeees,
    Entahlah aku sanggup kagak yaaah, apa lagi kalo udah ada promo marketplace yang tanggal kembar itu lah huhuhu

    Tapi point mikir sebelum beli lagi aku jalanin banget sih, setiap kali pengen beli sesuatu beneran didiemin dulu sambil mikir beneran pengen atau cuma napsu doang hehe

    Semangat Neeees!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah tantangannya teeeeh, kalau beli apa-apa harus dipikirin lagi semuanya sampai ke ujungnya jadi sampah.

      Hapus
  17. Beda banget antara minimalis dengan pelit ya mbak.
    Alhamdulillah, dengan menerapkan gaya hidup minimalis, perubahan kebiasaan dalam hidup menuju ke arah yang lebih baik.

    BalasHapus
  18. Pernah ngalamin masa mau beresin kamar, buang barang yang tak diinginkan kok berat banget :( Jadinya barang kaga dibuang-buang, Makasih sudah remindernya mba

    BalasHapus
  19. Kasihan Maemunah salahboresepsi mulu.. Hahaha.. Alhamdulillah saya pun minimalis thinking mba. Memang beda tipis ya ama pelit. Tapi yang saya pikirkan bukan pelit, melainkan saya tak mau mubazir. Utk yang ramah lingkungan saya baru seputar makanan, emang kebetulan yang lainnya saya ga terlalu antusias utk membeli aneh2. Seperlunya saja. Tapi kalau makanan saya pasti sering banget beli ini itu dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya makanan tuh emang kebutuhan utama, sering-sering masak sendiri aja mbak daripada beli dari ojol hehe.

      Hapus
  20. Tantang 3 tote bag itu, tos dong ahh!
    Bahkan kadang sampai 4, hihihi.
    Jadi, asyik juga.
    Varian belanja langsung disortir sama mba kasir.
    Yang pasti jenis makanan bakal cerai dengan produk toiletries.

    Soal belanja juga kita klop nih.
    Belanja sesuai kebutuhan, bukan keinginan!

    Decluttering lagi otw ni.
    Hihihi.
    Masih harus banyak belajar kebiasaan minimalis.

    BalasHapus
  21. Banyak hal positif ya mbak setelah berubah ke gaya hidup minimalis, kyk beban tu keangkat semua krn gak numpuk barang2 gak penting gtu yaa
    Ahaha aku yang soal digital terutama foto anak2 pas masih bayi nih masih susah. Beberapa udah disavein suamiku sih ke disk gtu, tp ternyata msh banyak. Coba nanti aku atur ulang ah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi mending sih sekarang foto-fotonya bentuk file, daripaa jaman dulu kita pada pakai album. Kelamaan disimpan lembab dan rusak deh.

      Hapus
  22. Kalau lihat rumah model minimalis, itu rasnaya kok lebih prakis ya. Nggak banyak barang gitu. Sama seperti hidup minimalis, semua diminimaliskan. Akupun sekarang mulai sering bersih bersih rumah, yang nggak dipake dibuang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wooh mantap mbak, bersih-bersih rumah bisa jadi healing tuh

      Hapus
  23. Iya akhir-akhir ini banyak baca buku tentang minimalis dan mendapat banyak insight dari sana, mulai mendonasikan barang, tidak beli barang yang tidak dibutuhkan, memaksimalkan yang ada..semoga bisa istiqomah..

    BalasHapus
  24. Semoga tahun depan jadi traveling ke Bali. Btw emang ada yang suka komentar hidup minimalis itu sama dengan pelit, padahal beda banget ya konsep nya

    BalasHapus
  25. aku nangkepnya gini Mbak, hidup minimalis itu lebih ke apa adanya, beli barang seuai manfaatnya...aku baru belajar sih, dan hidup jadi lebih bahagia,lebih nyaman, aman dan tentram. soal sosmed, itu ngaruh banget. apalagi kalau sudah pada tebar ratjun...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya itu juga bener kok mbak, sesuai manfaat dan kebutuhannya aja.

      Hapus
  26. Buat saya yang terberat dari declutering adalah melepas kenangan. Ketika mau melepas suatu barang, tiba-tiba terlintas kenangan akan barang tersebut. Jadi disimpen lagi hehehe.

    Tapi, sekarang udah lumayan bisa tegas. Memang harus dibiasain. Supaya lama-lama bisa lebih ringan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itulah challenge-nya. Aku udah ditahap selesai sama barang kenangan nih hahaha.

      Hapus
  27. yang berat itu decluttering kalau pas aku mau begitu
    berasa juga mayan menghilangkan kenangan huhu pedih rasaneee
    apalagi kenangan jaman sesuai kehidupan yang menyertai kita :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha ini emang berat kalau udah urusan kenangan, cuma kalau kenangan sih bakalan diingat terus tanpa harus lihat barangnya.

      Hapus
  28. Aku sendiri punya prinsip nih di rumah pakai barang sampai habis, sampai rusak hehehe. Semakin bertambah umur juga pengen hidupnya lebih praktis dan simple gitu mbak.

    BalasHapus
  29. Ktk aku ngenalin konsep hidup minimalist sm suami n mau mengeliminasi bbrp buku yg gak terpakai langsung deh konsep itu ditentang. Huahaha. Cm berlaku buat pakaian n bbrp hal aja di rumahku. Hiks. Pengen banget bs pny space lbh luas krn byk brg gak terpakai yg gak dibolehin dibuang msh byk banget, padahal gak kepake jg. Heu heu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena buku itu bisa long term, apalagi soal self development. Nggak apa-apa sih, Mbak. Hehe.

      Hapus
  30. Terima kasih atas insight nya ya mak, aku belajar makin minimalis dan usefull itu sejak rumah kena banjir, ternyata banyak barang2 juga yang gak perlu, masih disimpan dan berlebih dimiliki, akhirnya malah bikin repot dan malah ada yang rusak terbuang terbawa banjir

    BalasHapus
  31. Meski gak minimalis2 amat...sedikit demi sedikit aku juga berapin nih beberapa hal.. Tapi memang gak mudah sih..apalagi aku juga menanamkannya ke anak-anak...

    BalasHapus
  32. Saya sangat setuju dengan poin pertama, yaitu pola pikir. Yap, banyak yang terjebak dengan istilah gaya hidup minimalis kemudian berbelanja produk-produk dengan style minimalis untuk agar terlihat estetik seperti di sosmed. Yang terjadi keinginan untuk hidup minimalis malah diikuti dengan satu langkah baru yang tidak minimalis karena kembali menimbun barang baru. Hidup minimalis memang harus dilakukan dengan penuh kesadaran bukan sekedar tren ikut-ikutan. Saya pun masih PR banget, tappi setidaknya sudah 2 tahun ini berhasil tidak belanja baju, rajin decluttering setiap bulan, dan telaten ngabisin skincare.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, keren banget sama pencapaian kecilnya. Moga dilancarkan yaa.

      Hapus
  33. Pengen sih hidup minimalis, tapi bingung baju-baju yang di rumah dikasih ke siapa aja, secara tetangga udah punya dan kadang mau ngasih takut orang tersingung, emang ya pola pikir yang perlu diasah dan dilatih soal merapikan barang2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Donasikan ke yang membutuhkan mbak. Bisa cari komunitas atau lembaga yang suka atur donasi.

      Hapus
  34. Ku ketawa kadang kadang karena mikirin estetik malah bukannya MENGURANGI BARANG malah BELI BARANG demi tercapai standar : "estetik" sungguh iroooniiiiii

    BalasHapus
  35. Iya banget lagi kak, aku pikir awalnya minimalis tuh harus Aesthetic. Tapi aku juga merasakan manfaatnya banget sih menerapkan konsep minimalis ini, jadi kalo mau nambah barang tuh dipikirin dlu bakal disimpen dimana

    BalasHapus
  36. selama pandemi ini aku bener - bener juga mencoba hidup minimalis. Tapi, masih lebih yang kebutuhan rumah sih. Yang bener - bener butuh baru dibeli jadi biar ga menuh - menuhin rumah. Terus juga beberapa bulan sekali declutter barang - barang apapun jadi bisa sekalian beramal juga mana tau masih bisa bermanfaat buat orang lain dan ini aja udah lumayan buat rumah jadi lebih nyaman. pingin coba yang lainnya juga !

    BalasHapus
  37. wah aku pun makin kesini masih perlu banyak belajar lagi dan menerapkannya untuk kebiasaan hidup minimalis sekarang lagi rajin decluttering dulu sih

    BalasHapus
  38. Tp bener bgt haha akupun gitu, urusan declutering baju nih udh banyak bgt yg dikasih2 tp lemari msh penuh ajaa haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti habis decluttering langsung beli baju baru :))

      Hapus
  39. Aku pun udah ada niat pengen mulai hidup minimalis tapi belum terlaksana juga nih masih tergiur sama promo dan diskon hehe

    BalasHapus
  40. Hai Nesa salam kenal.. kayaknya kita mirip deh aku jg lagi nerapin hidup minimalis, dan decluttering.. klo aku ngikutin stylenya marie kondo nih.. emang bnr si byk manfaat nya uk mental qta ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku belum terlalu bisa kayak marie kondo sih, pelan-pelan yaa kak

      Hapus
  41. Aku lagi berusaha untuk hidup minimalis. Godaan belanja online itu bikin aku duh susah deh buat nahan diri. Tapi berulangkali berusaha selalu nanya apa benar itu yang aku butuhkan.

    BalasHapus
  42. Kece banget, Nesa....
    Aku masih tertatih-tatih menjalankan hidup minimalis. Apalagi terkait sampah.
    Rasanya suka maju 2 langkah, mundur 3 langkah.

    BalasHapus
  43. Aku suka dengan konsep minimalis ini. Setuju banget, kadang maksain diri untuk kayak orang lain tuh melelahkan. Gunakan saja sosmed untuk keperluan yang sesuai kebutuhan kita, misalnya kebutuhan untuk menghibur diri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, belajar merasa cukup aja sih sama yang udah dimiliki kuncinya.

      Hapus
  44. kayanya tanpa disadari akupun menerapkan konsep hidup minimalis walaupun belum 100% karena ngerasa udah ngelakuin hal hal di atas

    BalasHapus
  45. suka banget sama konsep minimalis ini, aku juga mulai menerapkan gaya hidup ini tipis-tipis. semoga bisa terus konsisten..

    BalasHapus
  46. Iya nih ngakak bgt sama org yg mikir minimalis tu trs kekurangan, pdhl kita kan beli yg kebutuhan2 aja,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iyaaa, makanya harus dikasih paham biar jelas

      Hapus

Hi, thank you so much for stopping by. Let's connected!

- nesa -

Twitter

Instagram

Facebook Fanpage

Subscribe