Terlepas dari Impulsive Buying

November 29, 2020

Larasatinesa.com - Kata siapa jalanin gaya hidup minimalis bakalan mulus-mulus aja? Buktinya saya ngalamin juga up and down-nya. Bisa dibilang saya belum sepenuhnya beralih, kadang masih suka khilaf. Ketika saya lagi khilaf kayak gitu, biasanya saya cari cara untuk bisa bangkitin semangat saya lagi. Beberapa yang saya lakukan diantaranya bisa nonton Youtube tentang minimalism atau self development, baca buku, blogwalking, dan dengerin podcast. Nah, hari ini saya kebetulan habis dengerin podcast-nya @lyfewithless dengan bahasan impulsive buying. Relate banget nih sama apa yang lagi saya butuhkan. Karena jujur aja akhir-akhir ini saya sering masukin banyak banget barang ke keranjang belanjaan e-commerce gara-gara kena racun TikTok. Yaa.. walaupun belum dibeli karena belum gajian, tetep aja rasanya gimana gitu. Hhhh. 


By the way, pada punya TikTok nggak? Follow dulu dong: larasatinesa 😂

Oke, balik lagi ke bahasan. Jadi, demi menghindari impulsive buying yang besar kemungkinan bakalan terjadi sama saya nantinya, saya akhirnya disadarkan tuh dengan tema yang ada di podcast-nya. Saya jelasin ulasannya di sini ya. 

Impulsive buying adalah perilaku membeli barang secara impulsif alias berlebihan. Impulsive buying ini sebenarnya toxic, karena sering dikambinghitamkan atas nama mood yang padahal ini terbentuk dari mindset kita sendiri.

Misalnya gini: "Gue lagi galau nih, pokoknya gue harus belanja biar happy!" -- Padahal buat happy tuh ada banyak caranya,  dan nggak harus belanja. Apalagi belanjanya berlebihan. 

Penyebab-Penyebab Impulsive Buying

Racun Influencer

Udah berapa banyak barang yang kamu beli gara-gara di-review sama influencer favorit kamu? Hahaha. Ini juga lagi terjadi sama saya kok. Padahal saya tau banget barang-barang yang dia review itu endorse-an yang belum tentu dia bakalan pakai seterusnya. Beberapa barang terutama skincare memang ada yang bagus dan cocok. Tapi ada juga yang zonk dan saya ngalamin tuh. Yang cocok di orang lain belum tentu cocok di kita. Ini cuma karena rasa penasaran kita lebih besar daripada butuh barang tersebut. 

Flash sale

Lagi musim banget kan ini yang namanya flash sale ditanggal cantik dari 9.9 sampai kemarin ada 12.12. Saya tau kok yang lagi baca postingan ini pun ada yang nunggu saat-saat flash sale itu tiba. Wkwk. 

Racun jalan-jalan di pusat perbelanjaan

Sebelum pandemi, bukan hal yang aneh kan jalan-jalan ke mall. Apalagi kalau habis gajian, beuh.. hawa-hawanya tuh suka pengen buang-buang duit aja. Kkk. Saya pernah beli sepatu di mall tanpa direncanakan gara-gara model sepatunya baru masuk ke Indonesia dan saya nggak mau kehabisan. Lebay banget emang si Nesa ini. 


Nah, terus gimana sih biar nggak impulsive buying?

  • Mulai sortir following akun online shop dan influencer yang ada di social media kamu. Pikirin ulang lagi deh alasan kamu follow mereka tuh apa, masih berfaedah apa nggak. 
  • Set standar dalam membeli barang. Ini maksudnya seperti yang tengah saya lakukan; saya sekarang lebih prefer membeli produk lokal dan berbahan natural / organic (walau belum 100% beralih). Selain karena mau ikut memajukan perekonomian Indonesia, ternyata tubuh saya udah mulai berontak dengan bahan-bahan kimia. Ini nanti saya ceritakan dipostingan selanjutnya. 
  • Boleh beli barang promo, asalkan barang tersebut yang benar-benar sedang kamu butuhkan.
  • Set your limit. Challenge diri sendiri untuk tidak berbelanja. Saya pernah bilang kan kalau saya nggak belanja baju lagi selepas bulan Februari tahun ini. Lalu kemarin sempat juga  ikutan juga challenge dari @tukarbaju_ untuk nggak beli baju selama 3 bulan (Juli-Oktober). Lagi-lagi saya berhasil dong! Semoga bisa jadi kebiasaan saya seterusnya. 
  • Inventaris ulang barang-barang yang kamu miliki di rumah. Coba bongkar atau declutter lagi barang yang udah kamu punya, mungkin ada beberapa yang belum sempat kamu gunakan atau bahkan kamu lupa punya barang tersebut. 
  • Porsikan budget. Bikin budgeting bulanan termasuk budget entertainment / me time di dalamnya. Misal budget me time kamu itu 500rb / bulan, berarti lebih dari nominal tersebut kamu udah nggak bisa belanja lagi. 

  • Tahan diri untuk nggak datang ke tempat-tempat yang peluangnya besar untuk impulsive buying kayak ke mall, event, bazar. Kalaupun memang diharuskan pergi ke tempat-tempat tersebut, usahakan untuk selalu riset dan bikin planning  dulu buat belanja yang sesuai dengan kebutuhan kita. 

Hmm.. gimana bisa lepas impulsive buying kalau flash sale terus-terusan menghantui?

Bohong sih kalau saya nggak suka flash sale. Yang paling gampang untuk nggak tergoda dengan flash sale adalah ubah mindset kalau flash sale itu adalah sebuah gimmick untuk menarik pengunjung. Yakinin diri kamu kalau nggak semua promo itu buat kamu. Reminder terus diri kamu buat mindful buying alias belanja dengan secukupnya sesuai dengan apa yang dibutuhkan. 

Sebetulnya nggak ada yang salah sama flash sale, justru PR kita adalah menahan nafsu untuk belanja. Jadi balik lagi ke diri masing-masing, bisa kontrol nafsunya apa nggak. 

Hayoo ngaku siapa kalau beli barang yang disuka nggak cukup belinya satu doang? Apalagi kalau barang tersebut lagi flash sale ya. Saya pun kadang gitu kok.  Nah, mulai sekarang mending dikurang-kurangin deh biar nggak numpuk. Barang-barang ini kelak akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat. 


Kalau boleh jujur saya malah suka skip flash sale, tiba-tiba udah lewat aja tanggalnya. Nggak tau kenapa, karena udah terlalu sering flash sale jadi bikin nggak special lagi. Terus karena flash sale-nya ada di mana-mana, saya bisa sampai pusing scroll-scroll smartphone dan jadi capek sendiri lihatnya. Ujungnya saya nggak beli apapun. 

Saya malah punya cita-cita semoga saya suatu hari nanti bisa membeli barang tanpa harus lihat harga lagi atau nggak harus lihat lagi flash sale or nggak. Aamiin. 😌


Tips-nya apa dong biar terhindar dari flash sale yang meresahkan ini?

1. Jangan aktifkan notifikasi e-commerce.

2. Nggak subscribe newsletter situs belanja. 

3. Biasakan untuk selalu riset dulu sebelum membeli barang apapun. Jangan sampai terlalu excited sampai kamu belanja tanpa planning yang matang. Kamu bisa coba pakai rumus ini kalau belanja online:  

- Planning: tahap merencanakan pembelian barang.

- Riset: bisa lihat review dulu, kira-kira barang tersebut cocok buat kita apa nggak.

- Wishlist or save: menandai barang yang akan dibeli.

- List: masuk tahap masukin barang ke keranjang belanjaan.

-  Diemin dulu minimal sehari untuk kasih waktu buat mikir apakah barang tersebut betul-betul kamu butuhkan? 

- Eksekusi: Bisa jadi beli atau nggak.



4. Terapin konsep "one in-one out"  yang artinya kalau ada barang baru yang masuk berarti harus ada barang yang kamu lepas juga biar seimbang.

5. Alokasikan uang untuk menabung daripada foya-foya. Tentunya budget menabung harus lebih besar daripada budget entertainment.

6. Biasakan untuk memakai barang sampai habis atau rusak.

7. Jangan simpan payment details (no rekening, debit, kartu kredit) kamu di berbagai aplikasi e-commerce untuk menghindari pembayaran otomatis. Disarankan kamu nggak punya atau nggak daftar mobile banking. Bayar datang langsung ke ATM lebih baik karena akan lebih effort. Hari gini kan emang males banget kalau harus bayar lewat ATM. Daripada harus ke ATM ya mending rebahan. Akhirnya nggak jadi belanja deh. 😂


***

Baca Juga: Belajar Hidup Minimalis

Sebenernya inti dari terlepas dari impulsive buying ini cuma satu: TAHAN NAFSU BELANJA. Kalau saya sekarang walau masih sering masuk-masukin barang ke keranjang e-commerce tapi masih bisa kontrol karena selalu ingat tujuan-tujuan finansial saya, seperti nabung buat traveling, kumpulin dana darurat dan dana pensiun. Mumpung masih usia produktif dan dan punya kerjaan, jadi saya mau manfaatin momen ini sebaik-baiknya. 

Maklum deh habis ikut kelas finansial jadi bikin sadar ~

Oh ya, postingan ini bukan bermaksud untuk menggurui ya, karena saya juga masih tahap belajar dan masih perlu diingatkan. Tujuan postingan ini memang untuk mengingatkan diri saya sendiri kok, kalau bermanfaat buat kamu juga, saya ikutan seneng. Gitu. 😁


Cheers,

Nesa

You Might Also Like

103 comments

  1. Teteh semangat!!
    Aku yakin pasti teteh bisa.
    Dari tips yang teteh bagi aja udah jadi pertanda kalau teteh emang udah ada di level yang lebih tinggi ketimbang sebelumnya. Kalau masih implusive, pasti postingannya masih berupa pertanyaan besar, ini gimana caranya sih biar g kalap belanja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha terima kasih ya, Pit buat support-nya.

      Aku memang masih suka sama barang-barang sampai hari ini, tapi sekarang udah lebih bisa kontrol dan mikir panjang mana barang yang perlu dan mana yang akan jadi clutter.

      Hapus
  2. Aku dulu sering banget impulsive buying. Terlepas dari ini semua ya pelan-pelan...
    alhamdulillaaah dapat temen yang sering tanya, "Ini lo beli karena pengen apa butuh?"
    terus ajak dia aja kalo lagi mo belenjong, jadi ada remnya.

    "Beneran nih, butuh? keknya lo dah punya yang merah loh.."

    "Nih gue punya, lo pake aja ntar kalo dah bosen lo balikin"

    Nah akhirnya saya nyerah wkwkwkwkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada untungnya punya temen yang bisa ngontrol gini ya mbak. Jadi kebawa tuh kebiasaannya ke kita juga.

      Hapus
  3. Nah ini ... impulsive buying berteman akrab dengan mereka yang menganggap shopping sebagai hobi hehe. Padahal shopping itu kan kebutuhan yang seharusnya tindakannya disesuaikan dengan kebutuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan jangan jadikan shopping sebagai kambing hitam buat pelepas stress juga hehe.

      Hapus
  4. Setuju, memang perlu tekad yang kuat juga supaya gak impulsive ya, tahan2in nafsu belanja terutama untuk hal yang gak kita butuhin banget. Aku pun masih berjuang dengan diri sendiri untuk hal itu, semangaaaat!

    BalasHapus
  5. Aku yang palimg sering susah nahan itu kalau beli makanan. Kudu diingat betul ini tips2nya agar senantiasa bisa menerapkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak, nggak bisa dipungkiri sekarang promo makanan di aplikasi ojol itu gila-gilaan.

      Hapus
  6. Terapin konsep "one in-one out" yang artinya kalau ada barang baru yang masuk berarti harus ada barang yang kamu lepas juga biar seimbang.


    Prinsip ini nih yg kudu dipegang erat2.
    Aku juga udah brenti beli2 baju jilbab etc, karena pingin menerapkan prinsip minimalism
    makasiii sharing artikelya yg bernas ini yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes mbak, konsep one in-one out nya perlu diinget juga bener-bener barang yang dibutuhkan bukan karena ingin aja hehe.

      Hapus
  7. ahh iya bahaya bgt itu implusive buying
    makanya aq sering jauh2 dari hp klo ada promo promo dari marketplace klo emang lagi nggak butuh apa apa

    btw makasih tipsnya ya mbak

    BalasHapus
  8. Semangat mbak, terus menguatkan hati untuk lepas dari impulsive buying.

    hp saya bebas dari aplikasi ecommerce, ada flash sale atau nggak juga nggak ngaruh. Kadang ngintip-ngintip juga sih lewat web. Kali aja ada barang yang dibutuhkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku sih mikirnya sekarang tanpa tanggal kembar dan flash sale masih bisa beli, ya kaan. Hehe.

      Hapus
  9. Ya Allah ini bermanfaat banget buat aku yang kalau Meleng dikit pasti scroll market place, habis itu tergiur diskon, gratis ongkir dan cashback. Padahal pemasukan seret kok ya belanja jalan terus 😭😭😭😭


    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, kalau mau uninstall dulu aja mbak marketplace-nya, nanti kalau butuh baru install lagi.

      Hapus
  10. Keren, Mbak
    Impulsive buying ...beneran susah nahan nafsu belanja ya..Senang baca ini jadi semangat juga saya
    Saya selama pandemi beneran menahan diri mengingat mereka yang terdampak untuk makan aja mungkin susah masak sih saya bela-beli.
    Selain itu sampai saat ini decluttering masih jalan terus..beneran berusaha makin minimalis menjalani hidup biar ga banyak beban pikiran.
    Yuk semangat kita!

    BalasHapus
  11. Aku kadang masih impulsif. Tapi banyakan enggak kalau abis cekin cashflow hahahaha... Mematikan notif e commerce emang efektif Nes. Cuma suka tergoda beli printilan itu abis liat postingan tips malahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku punya akun 2 teh dan dua2nya aku matiin notifnya berisik sih yang pasti mah haha

      Hapus
  12. Wah, bener ini. Tp kalo aku jujur nih baru2 aj kena racun flashsale begini. Sejak april 2020 ini aja. Ktk sdh jenuh banget sm pandemi belanja online it jd menyenangkan. Haha. Tp beli yg butuh banget aja sih di flashsale. Prinsipnya beli yg bnr2 butuh n bnr2 murah gak nipu. Whaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sebenernya gpp mbak suka belanja selama pandemi asal mindful.

      Hapus
  13. Aku kerjaanya masukin keranjang mulu, tapi jarang banget kebeli. Emang tipikal yang nggak hobi belanja, ini juga yang bikin aku sendiri heran. Paling kalo belanja, ya yang dibutuhkan aja. Sering kalap itu pas belanja sayur sih,wkwkwk.. itu kalap banget. Makanya sekarang udah mulai konsisten nulis belanja mingguan, alhamdulillah terkontrol banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belanja sayur juga tetep harus mindful mbak, misal beli sayur buat semingguan itu bener-bener harus habis, jangan sampai jadi clutter lalu sayurnya busuk.

      Hapus
  14. Maunya gini, tapi akubsuka sayang sama barang barang lama apalagi ada kenangannya jadi mesti punya tekad yang kuat ya ka agar bisa minimalis

    BalasHapus
  15. alhamdulillah sih, aku belo sampai jadi impulsive buyer. Aku masih bisa rasional, dan milih-milih barang-barang yang dibeli berdasarkan prioritas kebutuhan. Tapi kayaknya sih itu karena budget yang terbatas. Kalo budget a.k.a duitku banyak, aku bisa aja begitu. Heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha kalau budget terbatas jadi bisa lebih bijak ya teh belanjanya.

      Hapus
  16. aku udah bener2 lewatin tahap impulsif banget belanja. hahaha.. emang dasarnya ga gitu suka bebelian, trus ngerasa ribet.

    tapi yaaa tahun ini lagi belanja mulu malah. karena pas banget butuh semua, jadi gak impulsif ya itungannya, tp boncos karena semua butuh ganti di saat yg sama 😂 sebel

    BalasHapus
  17. Tipsnya sangat bermanfaat dan tentunya hidup hemat dengan perencanaan itu lebih baik. Keren sekali untuk menahan belanjanya

    BalasHapus
  18. Susah klau menentukan membeli atau tidak membeli hanya karena alasan butuh atau ga butuh soalnya pasti selalu ada alasan untuk butuh hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaa gitu deh kalau cari pembenaran buat belanja :))

      Hapus
  19. Saya nih paling susah tahannya di urusan jajan kopi dan makanan. Huhuhuhu.
    Udah gak beli yang lainlain. Tapi sehari aja tanpa kopi dan roti tuh susahnya.
    Kalau dihitung-hitung, kayaknya lumayan sih kalau bisa menghemat di bagian ini T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget, soalnya sering banget tuh aplikasi ojol kasih diskon gede-gedean.

      Hapus
  20. Semangaaatt
    Aku pas masih kerja dulu keknya gtu juga, kek berusaha nyenengin diri, tapi pas jd emak2 agak menyesal haha
    Emang siklus kehidupan kadang mengubah segalanya.
    Kalau pd akhirnya mbak bisa mengurangi/ berhenti sekarang itu udah oke bangeeett, jd kelak tak ada penyesalan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih ke mengurangi sih mbak, jadi bisa memilah mana yang butuh dan penting.

      Hapus
  21. Aku yah, sejak rumah terendam banjir dan bnayak barang hilang, rusak, terbuang dll, kalo mau beli barang itu mikirnya lama, utama sekarang adalah soal makanan, vitamin dan heppiness aja. barang, apalagi baju ngak nambah. baju yang kena banjir itu, hiiiksss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah gara-gara banjir jadi pertimbangan ya mbak buat beli barang.

      Hapus
  22. Well emang alasan mood suka jd penguat kita buat belanja berlebihan kadang ya cm karena kita jd hepi dn merasa Enjoy aja melakukannta bukan karena benar-benar butuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi kenyataannya enjoy nya cuma sesaat, habis beli enjoy nya dah habis hahaha.

      Hapus
  23. Iya banget Nesaa..
    Tahan nafsu belanja. Kadang yang bikin gak nahan akutu kalo uda ke tempat skincare.
    Kerasanya pas comot-comot, uda banyak ajaaa...alesannya, mumpung ke mall kaan...kapan lagi?
    Heuehuu~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Impulsive buying ini bahaya banget.
      Apalagi terjadi di tanggal-tanggal muda.
      Kudu menahan diri dan banyak menimbang perlu-gakperlu saat mengadopsi sesuatu.

      Hapus
    2. Jujurly, aku sama skincare masih suka nggak tahan godaan. Gara-gara sering lihat review di TIktok. Sekarang mulai batasin buka Tiktok karena takut keracunan. Haha.

      Hapus
  24. ALhamdulillah saya sudah mulai sembuh dari kalap belanja. Dulu parah banget. Sekarang beneran udah berkurang kecuali belanja buku, yang mana mata saya gak kuat kalau baca buku digital. Sebulan masih 2-3 buku. Untuk baju, 9 bulan terakhir sudah tidak belanja. Begitu pun sepatu dkk. Tas, malah lebih parah lagi. Kayaknya udah tahunan. Nah, bener banget nih gak daftar mobile banking. Saya juga enggak jadi kalau males ke ATM ya gak akan belanja. Kalau butuh banget, barulah pakai mobile banking suami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut senang baca progressnya mbak. Semangat yak!

      Hapus
  25. setuju sama post mba Nesa, beberapa bulan terakhir ini, aku mulai unfollow akun akun belanja di sosmed, harapannya biar ngga tergoda juga. Mungkin hanya follow beberapa akun untuk produk yang memang sudah saya suka.
    baju bajupun dulu bisa dibilang sering terutama jaman kuliah, pas udah kerja malah pernah berbulan bulan ga beli baju.
    itu termasuk prestasi juga buat aku
    sekarang mau apa apa mikir lagi, saving harus tetep pokoknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh aku seneng banget bacanya. Semoga bisa seterusnya konsisten ya mbak.

      Hapus
  26. postinganmu menampar aku nes hahahaa apalagi bagian barang2 ini bakal di mintain pertanggungjawaban di akhirat :( soalnya aku sering banget impulsif buying hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya ci, ini juga jadi pengingat aku. Sekarang mah secukupnya aja ya.

      Hapus
  27. BENER BANGET! mana selama covid ini racun dimana - mana bikin pusing. Iya nih, aku udah mulai unfollowin yang berpotensi sebar diskonan atau juga newsletter shope di email. Tapi puji Tuhan, sekarang cuma like - like aja kalau keracunan. Pas butuh baru di checkout. Bisa bolong dompet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha nggak cuma aku aja yang ngalamin ternyata.

      Hapus
  28. semangat2 biar lebih hematt, padahal untung menghindari impulsive buying kaya paling efektif tuh punya mindset yang "gak butuh gak beli" ya ga siihh? tapi bener kalo pas buka ecommerce eh ada produk hitz yg diskon rasanya kaya sayang banget kalo ga beli, atau pas lagi ke mall trus ada diskon jongkok kaya kudu bangt beli, padahal pas udah di bli juga ga langsung d pakeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang kita nih selalu aja punya alasan buat beli barang hahaha. Yuk ah mulai dirubah.

      Hapus
  29. sejujurnya yang membuatku lepas dari impulsive buying karena di PHK hahahha.. beneran bikin mikir dan bisa ngontrol dengan baik karena gak ada pemasukan pasti. and it works, sampai sekarang meski belum ada pekerjaan tetap, tapi pas megang uang juga gak ada keinginin beli ini itu yang mungkin kurang bermanfaat

    BalasHapus
  30. Di pandemi ini aku selalu menahan diri untuk belanja. Tiap masukin barang ke kantor belanjaan, mikir: ini penting ga? Akan dipake ga? Gitu

    BalasHapus
  31. Biasanya kalau aku follow atau save akun belanja pas mau belanja aja, setelah itu di unsaved atau unfol demi menyelamatkan kan lapar mata lol

    BalasHapus
  32. Menahan nafsu belanja itu masih PR aku banget nih, apalagi kalau uda kids stuff suka khilaf banget aku tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal kids stuff itu cuma dipakai bentar nggak sih hehe

      Hapus
  33. Aku juga uda mulai nerapin ini sejak nikah. Beli yg bener2 butuh. Jgn sampe ud beli malah gak terpakai, akhirnya jd sampah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah nikah kebutuhannya banyak ya mbak, jadi harus lebih mindful.

      Hapus
  34. Setuju banget sama poin "Boleh beli barang promo, asalkan barang tersebut yang benar-benar sedang kamu butuhkan". Ini sudah aku terapkan dan alhamdulillah berhasil!

    BalasHapus
  35. Nesaaa..
    Bermanfat banget ini tipsnya.
    Aku selalu gak bisa nahan kalau ada SALE ayau cashback OVO yang mana itu adalah MAKANAN.
    Heuheuu~

    Suka banget nyobain menu baru dari sana dan sini.
    Apalagi Bandung sedang adem-ademnya yaa, Nesaaa....

    Hellp~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah iya makanan juga jadi godaan terbesar teh, ayo challenge diri sendiri buat masak sendiri aja hehe

      Hapus
  36. Cara extreme adalah uninstall shopee dan tentunya unfollow ciwi ciwi ratjun! Wkwkwk

    BalasHapus
  37. setahunan ini sya sembuh dari implusive buying terutama kosmetik karena produk yang kebeli aja belum dipakai juga bahkan sampai ada yang expired hiks. jadi pas beli memang barangnya yang sudah habis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia mbak, aku pun kadang begitu. Sekarang udah nggak pernah nyetok skincare atau kosmetik lagi, beli memang kalau mau habis aja.

      Hapus
  38. Mba Nesa, cakep nih tulisannya, aku mendadak jadi ngaca karena udah janji ga begitu lagi tapi ga tahan godaan promo sama diskonannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajar kok mbak kalau masih tergoda, yang penting mindful aja belanjanya yah.

      Hapus
  39. Saya juga pengen banget hindari impulsive buying di beberapa aplikasi yg ada Paylaternya. Bikin senewen pas mau bayar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang paylater itu godaan terbesar belanja sekarang :))

      Hapus
  40. Alhamdulillah aku udah banyak berlatih nih soal tahan nafsu belanja. Tapi akhir2 ini munculnya kalo gak bisa tidurrrr

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha aku pun kalau gabut maish suka scroll-scroll e-commerce mbak

      Hapus
  41. Saya setuju banget sama poin 3 mba, bilang kediri sendiri beli apa yang dibutuhkan saja. Dan itu manjur loh, dari aku yang sering khilaf dengan belanja online hehe 😎

    BalasHapus
  42. Setuju banget ma tulisan ini, impulsive buying emang bahAya buat Ekonomi kita, makanya kita harus bisa mengontrol, semangat

    BalasHapus
  43. Duh ini dulu aku banget mba ..impulsive buying, kalap sama barang2 yang sebenarnya belum dibutuhin. Tapi laper mata hiksss. Terimakasih tipsnya mba..aku sekarang pelan2 nih mengurangi dengan mulai membeli yang bener2 dibutuhkan aja deh hehehehe

    BalasHapus
  44. hiks relate bangettt ini sama aku, tp kadang aku menanti2 flash sale itu untuk barang2 yg aku emang pengen tapi ga rela beli karena harganya masih selangit, nha jadi kalau flash sale aku tunggu2 banget, tp untuk barang2 yang memang aku incer sih, biar ga kelain hati hahahaha, bner bangettt poin yang harus bedain kebutuhan dan keinginan, soalnya biasanya, koleksi ga jauh2 dari warna warna yang sudah kita punya hahahaha, ujung2nya mubazir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun sama mbak masih suka menanti barang inceran sale gede-gedean walau pun entah kapan. Tinggal nunggu bosennya aja sih ini haha.

      Hapus
  45. beli barang di online emang godaannya gede banget.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, makanya kak yang bisa mengendalikan cuma diri sendiri

      Hapus
  46. Pengalamanku kalau soal impulsive buying kudu menguatkan prinsip dan ketahanan terhadap segala keinginan sih mbak. Selalu bilang ke diri sendiri, butuh apa enggak ya? Kalau gak butuh auto lebih suka save di tabungan

    BalasHapus
  47. Daku belum punya tiktok kak, haha..
    Konsistensi memang diperlukan ya agar gaya hidup minimalis ini mudah dijalankan, mungkin dibawa enjoy aja kak jangan jadi beban

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sudah enjoy, mungkin orang-orang yang belum jalanin yang mikirnya ini beban banget wkwk

      Hapus
  48. Sejak pandemi, gak kemana-mana, sepatuku ada yang ngelotok, rusak, begitu juga tas. Mana yang harganya lumayan buatku, naju yang nganggur di lemari, kosmetik skincare expired...di situ aku sadar, betapa banyak buang budget. Setahun sudah aku ga belanja belanja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, itu tuh sebelum jadi barang belinya pake uang lho. Hahaha.

      Hapus
  49. Nah aku kalau pakaian udah stop mba Laras udah bisa jahitsendiri kan di rumah tinggal beli bahan. Kalau belanja buku nih yang masih nonstop hehehe demen baca soalnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah senengnya kalau bisa jahit sendiri, punya outfit yang beda dari yang lain deh.

      Hapus
  50. aku karena udah terbiasa susah, jadi kek lamaaaa banget kalau mau beli sesuatu. Jarang yang impulsive kwkwkw. Paling engga harus tau yang dibeli itu manfaatnya apa.
    Apalagi aku tu orgnya berantakkan, jadi mikir terus ini nanti naro dimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi banyak pertimbangannya yaah sebelum beli sesuatu

      Hapus
  51. Di masa sekarang memang akan sulit menekan impulsive buying, godaannya seabreg-abreg. Setiap hari mata kita selalu disuguhi oleh iklan, iklan dan iklan. Hasilnya ya seringkali kita membeli hanya karena beranggapan bahwa yang kita beli akan membuat hidup kita lebih baik, bukan karena butuh.

    Dunia memang berubah dimana kapitalisme dan konsumerisme meraja seperti sekarang.

    Untuk menekannya yang harus dilakukan, menurut saya, adalah memberi "batasan" kepada diri sendri dalam berbagai bentuk, seperti budgeting. Dengan begitu akan ada alarm yang menyala kalau kita membeli di luar batas yang ditentukan.

    Pastinya tidak akan mudah dan banyak sekali tantangannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju kak, harus punya batasan dan bisa mengendalikan diri karena kita memang nggak bisa mengendalikan faktor eksternal semacam iklan-iklan promosi itu. Budgeting pun penting yaa untuk atur kondisi keuangan kita.

      Hapus

Hi, thank you so much for stopping by. Let's connected!

- nesa -

Twitter

Instagram

Facebook Fanpage

Subscribe