Cara-Cara Memulai Gaya Hidup Minimalis Untuk Pemula

Agustus 07, 2020

Larasatinesa.com - Kalau boleh jujur, belajar hidup minimalis bukanlah hal yang bisa saya lakukan secara instant. Banyak yang harus saya observasi dulu untuk akhirnya yakin bisa memulainya. Semua ini saya lakukan demi membuat saya menjadi lebih bebas, lebih tenang dan lebih bahagia dalam menjalani hidup. Dengan begitu, saya bisa lebih fokus mencapai tujuan masa depan saya. 

 Loc: Kampoeng Heritage Kajoetangan Malang

Kamu pernah dengar kalimat "Less is More" nggak? Filosofi yang berasal dari ajaran Buddhism Zen ini merupakan filosofi yang mencontohkan seni hidup minimalis (sederhana) yang mengajari banyak hal baik. Gaya hidup minimalis memang akan menjadikan hidup saya lebih mudah, namun dalam perjalanannya saya membutuhkan komitmen yang kuat untuk menjadikan minimalisme bagian dari hidup saya. Tidak ada kata terlambat untuk memulainya. Kita tidak akan pernah tau kalau tidak mencoba. Dan berikut saya akan jelaskan beberapa cara memulai gaya hidup minimalis untuk pemula (termasuk saya sendiri).

1. Decluttering
Decluttering secara umum adalah kegiatan di mana kamu membereskan rumah dengan mengurangi barang-barang yang tidak diperlukan lagi. Kalau saya mengartikannya lebih ke proses menyimpan dan melepaskan barang-barang. Decluttering adalah salah satu proses penting dalam memulai hidup minimalis.

Dipostingan sebelumnya saya udah jelasin alasan kenapa saya akhirnya sadar buat decluttering barang-barang. Salah satunya adalah saya takut nanti semua barang-barang ini dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Dan sampai saat saat ini masih melakukan decluttering. Proses ini tuh nggak mudah, banyak dramanya banget. Apalagi kalau barang-barangnya punya kenangan tersendiri, pasti tuh ada acara mengenang sampai nggak sadar udah buang waktu. Nggak heran kan kalau sampai sekarang belum selesai juga.

Ada kalanya saya ngerasa beres-beres rumah tuh nggak ada habisnya. Kalau udah ngerasa jenuh gitu, saya langsung balikin mood dengan nonton "The Life-changing of Tidying Up" by Marie Kondo. Itu lho wanita asal Jepang yang dikenal sebagai praktisi berbenah. Keahliannya berbenah ini udah diakui seantero dunia. 

Source: Instagram @mariekondo

Banyak hal yang bisa saya ambil dari metode berbenahnya KonMari. Beliau bilang untuk memulai decluttering kita harus kuatkan tekad untuk merapikan dan luangin waktu khusus untuk berbenah. Udah gitu kalau mau rapihin rumah tuh jangan setengah-setengah, harus sekaligus. Dari sini aja saya udah ngerasa tertampar karena saya lelet banget. Hhhh. 

Nah, habis itu mulai decluttering deh. Untuk mulai dari mananya sih bebas, terserah kamu. Tapi lagi-lagi saya ngikut sama step-stepnya KonMari;

- Pakaian
- Kamar
- Buku
- Barang-barang sentimental
- Dapur
- Living room
- Komono (perintilan-perintilan)

Hmm.. kalau saya ditanya udah sampai tahap mana? Masih campur aduk antara pakaian, kamar, buku, komono, dan barang-barang sentimental. Kalau urusan melepaskannya, saya ingat apa yang dibilang KonMari; simpanlah hanya barang-barang yang memberikan kebahagiaan alias spark joy ketika kamu mengingatnya.  

Sebagian pakaian saya udah dihibahkan ke saudara dan adik-adik. Untuk buku-buku pun udah saya jual disalah satu aplikasi yang menjual barang-barang second hand. Tas-tas saya pun udah saya kasih ke adik-adik dan tante. Sementara untuk makeup dan skincare saya jual murah daripada kadaluarsa. Barang selanjutnya yang akan saya decluttering adalah sepatu dan hijab. Bismillah ya, semoga bisa cepetan beres. Hehe. 

Jujur nih, walau awalnya berat melepaskan, tapi berujung jadi lega banget. Saya akhirnya paham dengan konsep less is more yang artinya memiliki barang sedikit lebih baik daripada punya banyak barang. Ternyata tanpa mereka, saya bisa lebih bahagia. 

Kalau mau yang lebih gampang sebenernya bisa mulai dari berbenah isi gadget masing-masing dulu; hapus-hapusin foto di gallery, un-install aplikasi yang udah nggak dipakai, dilanjut kategoriin aplikasi sesuai dengan kebutuhan.

Oh ya, mungkin nanti saya bakalan bahas lebih dalam metode berbenahnya KonMari dan decluttering dalam satu postingan blog.  


2. Tentukan Prioritas
Saya sering merasa bahwa waktu sehari 24 jam itu sangatlah kurang. Apalagi kalau lagi banyak pekerjaan yang harus saya lakukan dalam waktu yang berdekatan. Semua hal tersebut saya anggap penting dan harus. Saya sadar kalau saya nggak punya skala prioritas. Dan ini bikin saya jadi stress karena saya "dituntut" oleh diri saya sendiri untuk melakukan semuanya. 

Prioritas menurut komunitas @lyfewithless adalah salah satu cara menyederhanakan tubuh, pikiran, dan jiwamu adalah dengan memilah dan merunutkan mana yang "paling" di antara yang (menurutmu) "harus".

Semenjak saya menjalani gaya hidup minimalis, mindset saya perlahan berubah. Saya harus punya prioritas yang artinya saya harus memilah mana yang hal-hal yang bisa memberikan nilai dan makna lebih. Decluttering, Organizing dan Prioritizing adalah beberapa caranya. 

Time | Source: unsplash

Terkadang saya sulit untuk menentukan yang mana yang termasuk prioritas karena saya anggap semuanya penting dan hanya saya yang bisa melakukannya. Padahal nggak semua hal di dunia ini penting. Kayak omongan-omongan orang tentang hidup saya. Kkk. 

Hal-hal yang saya lakukan untuk merunutkan prioritas dimulai dari menulis to-do-list perharinya. Setelah itu saya membatasi waktu bekerja saya dari pukul 9 pagi s/d 6 sore. Kemudian saya pun membatasi pekerjaan apa saja yang sebaiknya saya ambil, contohnya; saya adalah seorang lifestyle blogger yang belum berkeluarga, ketika ada pihak yang menawarkan saya untuk bekerjasama dengan campaign produk ibu dan anak (misalnya) saya nggak lantas menerimanya. Saya nggak semena-mena langsung 'pinjam' anak orang lain buat ikutan campaign tersebut kok meskipun bayarannya besar. Saya lebih baik menolak dengan alasan yang masuk akal. 

Bukan berarti saya menolak rejeki lho, melainkan saya udah punya prioritas pekerjaan yang memang "gue banget". Lagian maksa amat ya, yang belum ada diada-adain. Even nonton drama Korea aja saya punya prioritas mana drakor yang mau ditonton duluan sampai habis dan mana yang nontonnya santuy banget. Haha!
 
Karena tidak semua hal harus dipikirkan dan dilakukan. Sebab tidak semua orang bisa kamu bahagiakan. Begitu katanya. 

"If you know the priorities of your significant things in your life, and if you are following the priorities, you are already a wise person " - Haegreendal's Vlog.

3. Slow Living
Saya mengartikan slow living ini sebagai cara menikmati momen dalam hidup dengan santai dan berkualitas tanpa terobsesi terhadap sesuatu secara berlebihan. Terobsesi di sini semacam pepatah "rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau dari rumput sendiri". Yang namanya manusia pasti kan ada perasaan ingin seperti atau lebih dari orang lain. Di zaman yang serba cepat kayak sekarang ini, banyak sekali orang yang terobsesi dengan kemewahan. Mulai dari gadget, pakaian, tas, kendaraan, dll. Semua orang jadi konsumtif membeli barang-barang yang sedang trend tersebut demi membuat perasaan bahagia dan diterima dipergaulan. Saya pun juga begitu. Apalagi ketika saya sedang mengidolakan seseorang. Segala yang idola saya pakai, tingkah laku, bahkan dari sisi terlihat di social media pun ingin terlihat sama seperti dia. Sampai akhirnya saya kehilangan diri saya sendiri. 

Sejak mempelajari konsep minimalisme, saya jadi sadar kalau saya dan idola saya adalah dua hal yang jauh berbeda. As long as I followed it, sudah dipastikan saya nggak akan nyaman. Disatu sisi saya tidak mau terlihat plagiat, tapi di sisi lain saya diam-diam mencontoh apapun yang dia lakukan. Padahal mau gimana pun juga rejeki saya sama dia beda ya. Mau kelihatan mewah dengan barang yang sama kayak dia, tapi tampang saya pas-pasan tetep nggak akan sama enak dilihatnya. Hahaha! 😂

Kalau saya terobsesi ingin seperti dia, kapan saya bisa menikmati hidup saya? Capek kan ingin jadi orang lain itu?

Jadi saya selalu meyakini bahwa Tuhan itu menciptakan kita dengan keunikannya masing-masing. Tinggal kitanya aja mau menerima atau nggak sama pemberian-Nya itu. Sebelum melihat ke orang lain, coba terima dulu kekurangan dan kelebihan diri masing-masing. Saya nggak akan mungkin bisa jadi seperti idola saya yang cantik, punya segalanya, kariernya sukses, terlihat bahagia, dan yang pasti banyak fans. Tapi saya bisa jadi diri saya sendiri dengan menikmati setiap momen yang terjadi dihidup saya dengan lebih meaningful. Saya rasa saya akan lebih bahagia dengan mensyukuri apa yang saya miliki sekarang. Saya harus membuang jauh-jauh sifat iri dan dengki terhadap apapun agar hidup saya tenang. Sejatinya, semua yang terlihat dari luar itu semu. Yang merasakan bahagia atau tidaknya adalah diri kita masing-masing. 

Slow Living | Source: Unsplash

Slow living mengajarkan saya untuk menghargai ketenangan. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, saya cuma ingin hidup tenang. Sebisa mungkin saya menghindari segala keadaan toxic. Daripada saya stress nantinya, saya lebih baik mengalah dengan mundur dari situasi tersebut karena saya masih ingin waras. 


4. Tidak Merasa Lebih dari Orang Lain
Kamu sering nggak merasa lebih dari orang lain? Semacam punya rasa bangga berlebihan terhadap diri sendiri. Contohnya: kamu bangga banget kalau lihat orang lain yang followers Instagram-nya di bawah kamu. Terus lihat orang yang belum pernah ke Luar Negeri, tapi kamu udah duluan ke Luar Negeri. Pasti bangga banget gitu. Haha! Hayoo ngaku, siapa yang kayak gini?! Saya juga ngalamin kok. Alih-alih bangga terhadap pencapaian sendiri, jatuhnya malah jadi sombong. 

Tapi setelah dipikir-pikir nih, punya sesuatu yang 'lebih' dari orang lain begini pun saya tetap merasa nggak bahagia. Hidup jadi nggak dinikmati dan berasa seperti dikejar-kejar sesuatu yang bikin saya harus lebih menonjol dibanding orang lain. Terus saya balik nanya ke diri sendiri: 

"Apa sih sebenernya yang gue cari?"

Menerapkan gaya hidup minimalis bikin saya jadi selow, termasuk pola pikir saya ke orang-orang sekitar. Hidup saya baik-baik aja kok tanpa harus merasa lebih. Belum tentu mereka yang 'terlihat' nggak lebih dari saya itu hidupnya penuh kesedihan. Bisa aja sebaliknya, saya aja yang nggak tau. Saya sekarang mau sibuk fokus urusin diri saya sendiri. Pelan-pelan saya udah nggak pernah memperhatikan orang lagi.

Happy each other | Source: Unsplash

Pada akhirnya dalam hidup ini akan selalu ada orang yang lebih dari kamu kok. Dan mau dikejar sampai kapan pun nggak akan pernah bisa. Ini yang saya yakini kalau kenikmatan dunia itu fana, dan yang kekal itu di akhirat. Saya lebih memilih hidup yang biasa-biasa aja tapi bahagia, ketimbang terkenal tapi nggak bahagia. Tapi kalau bisa terkenal tapi hidupnya bahagia no fake-fake-club ya lebih Alhamdulillah.. Ya kan? Haha.


5. Bijak Berkonsumsi (Fokus Pada Kebutuhan)
Dulu saya sering banget membeli barang-barang hanya sekadar untuk kebutuhan feed social media demi membuat orang lain terkesan. Apalagi kalau barangnya memang saya suka, saya nggak bakalan tuh cuma beli satu doang. Saya pasti beli beberapa yang berujung jadi menimbun. Belum lagi kalau belanja bulanan, bisa-bisanya saya beli barang-barang serupa dengan alasan nyetok, entah itu sabun mandi, body lotion, shampoo, pasta gigi dll. Padahal yang di rumah pun masih belum habis. 

Konsep hidup minimalis yang saya jalankan bikin saya jadi bijak berkonsumsi karena saya belanja based on kebutuhan. Usahakan banget kalau belanja barang-barang tuh harus benar-benar sampai habis dulu. Hindari yang namanya impulsive buying karena lagi banyak diskon (terutama di e-commerce), kena racun dari influencer atau sekadar lapar mata. 

Ketika membeli barang, saya harus pikirkan dulu apakah barang tersebut benar-benar yang saya butuhkan? Dan bukan untuk simbol kekayaan semata? Apakah barang tersebut punya manfaat yang banyak untuk kehidupan sehari-hari? Dan apakah barang tersebut bisa menambah kualitas hidup saya? 

Nggak apa-apa kelamaan mikir. Nanti ujungnya nggak jadi beli. Kayak saya sering banget masukin barang ke keranjang belanjaan e-commerce yang berujung si barang kemudian habis. 

Sebelum membeli sesuatu, alangkah baiknya dipikir ulang. Sayang uangnya kalau barang yang kita beli nggak berfaedah. Dengan kayak gini kan, kita jadi bisa lebih hemat. Uangnya pun bisa ditabung. Di sini saya nggak nyuruh kamu buat berhenti belanja yang kamu inginkan lho. Karena gaya hidup minimalis bukanlah gaya hidup yang serba kekurangan atau pelit, melainkan konsep menyederhanakan hidup untuk nggak terikat pada suatu barang. 


6. Bersyukur dan Merasa Cukup
Setelah saya tau apa aja hal-hal penting di hidup saya, itu artinya saya udah merasa cukup.  Saya harus lebih banyak bersyukur dan lebih sering melihat ke 'bawah' karena masih banyak orang-orang yang hidupnya serba kekurangan. 

Grateful | Source: Unsplash

Saat menjalani konsep hidup minimalis ini mindset saya pun berubah. Saya selalu reminder diri saya bahwa saya udah punya cukup barang-barang yang diperlukan dan saya baru akan beli lagi barang-barang setelah barang tersebut habis atau rusak. Titik. 

Karena punya materi berlimpah dan barang-barang mewah nggak jadi jaminan kalau hidup kita bakalan bahagia kok. 

Jadi, kamu udah siap memulai hidup minimalis?


Cheers,
Nesa

You Might Also Like

113 comments

  1. Kak Nesa, tipsnya mantuuuulll, terutama poin 3 dan 4
    Ini filosofis bangeettt, dalaamm bnget nih
    Bismillah, semoga kita bisaaaa!

    BalasHapus
  2. Kalau merasa lebih sambil dikaitkan dengan jadi bersyukur dan merasa cukup, sepertinya ga papa juga kali, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, itu namanya minimalis dalam mindset. Hehe.

      Hapus
  3. Teteh makin melaju menuju hidup minimalisnya, semangat ya teh!!
    Aku belum menuju sih, tapi sudah ada niatan. Niatanku dimulai dengan nyicil beberapa hal yang Teteh sebutkan.
    1. Tentukan prioritas, udah setahun terakhir ini dan masih proses belajar untuk melakukan hal-hal prioritas. Yah sesederhana tidak mendengarkan omongan orang, itu buatku prioritas demi kesehatanku.
    2. Slow living, mulai menikmati kembali hobiku yang berisi dance, menulis, dan fotografi. Biar life work balance nya dapet.
    3. Bersyukur dan merasa cukup, untuk mendukung bagian yang ini aku mulai belajar budgeting dan banyak baca-baca terkait literasi keuangan. Efeknya lumayan, lumayan bisa mengontrol diri untuk membeli sesuatu yang aku butuh bukan yang aku ingin.
    4. Decluttering secara arti emang buat barang ya, di aku bukan barang sih, tapi orang-orang yang aku follow di sosmed, yang awalnya aku anggap penting lalu ditelaah lagi satu persatu, apakah mereka memberikan value untukku atau masihkah relate? Akhirnya banyak influencer yang awalnya aku follow, aku unfollow sekarang dan juga beberapa teman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat juga buat kamu ya, Pit!
      Semoga dilancarkan segala urusannya. Termasuk merubah gaya hidup ini.

      Hapus
  4. Saya melihat orang yang menikmati gaya hidup minimalis in iadalah orang yang sudah menemukan makna dalam hidupnya. Punya prinsip dan tidak teralih perhatiannya kepada hal-hal lain yang tidak perlu. Masya Allah .... keren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hidup cuma sekali, jadi harus bermakna mbak. Hehe.

      Hapus
  5. Aku mempelajari hidup minimalis ini udah dari dulu, didikan alm ayah sambung yang merawatku sedari kecil ya begini. Sesederhana mungkin, ternyata banyak banget manfaatnya yang kurasakan sampe sekarang menjelang jelita.
    Dah terbiasa menjlaninya, cuma sekarang diistilahin dengan minimalis.

    Semoga kita makin bijak, dan banyak bersyukur intinya dan bener banget seiring usia pun pemikiran mulai minimalis, hihi.

    BalasHapus
  6. Memang harus dipikir ulang ya kalau ingin beli suatu barang, apa memang benar-benar butuh atau gak. Kadang kebiasaan beli barang bikin barang di rumah jadi menumpuk ya.
    Suamiku sedang mencoba menerapkan hidup minimalis. Rasanya bikin hidup lebih legaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah seneng banget dengernya mbak, semoga dilancarkan ya.

      Hapus
  7. Hidup minimalis nih menurutku budhist banget. Di tradisi buddha, konsep ini udah lama banget dikenal. Makanya biksu2 itu pakai bajunya juga gitu2 aja kan. hehehe. Ya bener sih "Less is More.

    BalasHapus
  8. Selain dari Marie Kondo, untuk urusan decluttering aku lagi suka nonton acara korea judulnya Detox House...Dari gaya hidup minimalis kita bisa lebih santai, bersyukur, dan menerima hidup ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuaaa jadi pengen nonton juga, thanks infonya mbak.

      Hapus
  9. Siap.
    Alhamdulillah sejak kecil hidup kekurangan, jadi saat dewasa bisa lebih menghargai barang-barang yang dimiliki. Membeli hanya sesuai kebutuhan dan sebelum barangnya rusak nggak beli yang baru lagi.

    Sampai saya pernah di tegur oleh ibu, menurutnya kehidupan saya sekarang sudah baik, dianggap mampu, tapi punya sandal kok cuma 1, kemana-mana pakainya itu itu saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha gpp mbak, prinsipnya: you only need one. Kalau udah rusak baru beli lagi sandalnya.

      Hapus
  10. Saya pun ingin memulai cara hidup minimalis. Dari rumah sampai ke cara hidup keseharian. Beberapa waku lalu sudah memulainya dengan mengurangi benda-benda lama di rumah seperti perabotan dapur dan baju. Mulai sedikit kelihatakn hasilnya, rumah lebih rapi dan lebih nyaman. Moga-moga kuat dan tegar memulai semuanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seneng banget bacanya mbak, semoga dilancarkan ya semuanya.

      Hapus
  11. wah..terima kasih telah menuliskan poin-poinnya Mbak Nesa.
    Saya karena kemarin pindahan antar pula jadi sudah nyicil decluttering. Juga mulai berpikir utk hidup minimalis. Tapi ternyata hidup minimalis ga sekedar pada kepemilikan barang2 ya...tapi juga penggunaan waktu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, sama mindset sih yang paling penting. Hehe.

      Hapus
  12. Salut untukmu Mbak..
    Aku di awal pandemi pun bebenah rumah..dan diri. Jadi merasa pas di rumah aja, betapa banyak barang yang sebenarnya enggak kita perlukan tapi kita punya. Dan alhasil, kusudah decluttering, baik isi lemari maupun barang rumah lainnya. Juga tahan diri ga beli-beli. Sampai kini masih terus nyortir, pindah ke kamar anak...ke boks mainan mereka..rak buku. Duh, prosesnya lama karena kadang masih ada rasa sayang untuk menyingkirkannya. Hiks. Semangat kita ya!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha ini sama pengalamannya kayak aku, semenjak di rumah aja jadi sadar ya kalau udah nimbun barang banyak banget. Semangat juga ya mbak!

      Hapus
  13. Huaaa.. ini sesuatu yang aku masih "struggling with" nih Mba, sebenarnya karena sudah beberapa kali pindah rumah, secara otomatis melakukan pilih dan pilah barang.

    Karena malas bawa banyak barang ke tempat baru mengingat biaya pindahan yg gak murah, akhirnya banyak barang yang dipindah tangankan. Hal itu dijadikan kebiasaan berkala setelah punya Anak satu, kemudian dua.

    Setiap beberapa bulan sekali Anak² ini ukuran baju dan sepatunya meningkat, dan bikin numpuk lemari. Sekarang sebulan sekali "kosongin" lemari mereka dan sisain yang benar² memang dipakai atau dibutuhkan, begitupun lemari bajuku dan Suami.

    Itu pun masih bikin lemari sesak sebenarnya, haha. Perlu proses yang gak sebentar ya, tapi memang harus dibiasakan. Kitanya juga jadi gak "engap" lihat isi rumah seabreg yang sebenarnya gak semua kita butuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inspiring sekali pengalamannya mbak. Semoga dilancarkan buat semua prosesnya ya mbak. Semangat!

      Hapus
  14. Yes, pola pikir untuk hidup minimalis bisa bikin kita lebih tenang. Enggak ngoyo lagi punya ini itu yang sebenarnya bukan kebutuhan. Biasanya kan semua konsumsi tak penting itu berasal dari keinginan. Jika sudah biasa memadamkan keinginan atas barang-barang tersier, Insya Allah akan lebih mudah menjalaninya ya.

    BalasHapus
  15. Salut Nes...
    Aku baca beberapa buku mengenai Hidup Sederhana, tapi nyatanya, masih juga tergelitik "merasa lebih" dari yang lain dan ini bahaya banget.
    Bisa gak terima kalau ada orang lain sukses dan akibatnya, sering merasa sakit hati sendiri.
    Ujung-ujungnya stres.

    Huuff~
    Lelah yaa, Nes.

    Lebih baik Hidup Sederhana.
    Ada ya dinikmati, gak ada ya sudah, disyukuri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nesa bijak banget.
      Memang menuju kedewasaan perlu proses menyederhanakan pikiran yaa...gak terlalu mudah menilai orang lain.

      Sejak decluttering memang aku jadi lebih legowo, Nes.
      Simple aja lah yaa...

      Hapus
    2. Alhamdulillah teh, udah dapat manfaatnya ya. Semoga dilancarkan segala prosesnya ya teh. Semangat pokoknya!

      Hapus
  16. Ahh, Mbak Nesa. Aku jadi bersyukur sama pilihanku yg sedikit banyak menahan diri buat beli ini itu yg lagi tren, apalagi yg kaitannya sama fashion. Memang dr hati ingin bisa tampil lebih baik ketika di depan orang lain. Tapi, semakin kesini, jadi semakin nggak memaksakan diri untuk update gitu.
    Biar dah kalau misal pakaian, itu lagi, itu lagi, itu lagi
    Memang jangka panjangnya bakalan ditanya atau dipertanggungkawabkan kembali, untuk apa itu apa yg kita miliki, dll
    Dan semenjak hp aku yg belum genap setahun rusak, aku jadi jarang nengok sosmed mbak
    Seperti memfilter dan lebih santuy gitu,,,
    Makasih buat sharingnya ya mbakk
    Inspiring bangettt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, nggak usah memaksakan diri. Karena itu jauh lebih bikin tenang daripada ingin terlihat lebih. Aku sih bodoamat ya mau dibilang baju yang dipakai itu-itu aja. Selama di rumah aja juga ternyata baju rumah yang aku pakai ya itu-itu aja dan aku nyaman.

      Sama-sama mbak, semoga bermanfaat buat jalanin hari-hari ke depannya ya.

      Hapus
  17. Aku sebenarnya udah lama hanya membeli ketika tas atau sepatu rusak. Untuk baju nih yang masih beli ketika butuh, dan mengeluarkan minimal 3 atau 5 baju sebagai pengganti yang baru. Tapi hari ini saya sortir baju dapat banyaaaak. Dan itu baju-baru lama yang gak sengaja tersimpan di lemari yang jarang aku buka-buka. Alhamdulillah udah berkurang banyak baju di lemari. Kalo buku-buku aku masih belum sempat sortir nih, dapur udah sortir lama dan barang-barang yang jarang aku pakai udah aku bagikan ke sepupu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren mbak, udah bisa menentukan yang mana yang masih spark joy ya.

      Hapus
  18. Huhu kepengen banget deh ih bisa hidup minimalis kayak gitu. Tapi ngebayangin declutteringnya bikin takut. Bakalan banyak yang tergusur di rumah, di kamar, di lemari. Aku 1/4 konmari aja kayaknya. 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, suatu hari nanti bakalan pusing da teh lihat barang-barang yang numpuk.

      Hapus
  19. Decluttering nah ini yang ingin banget saya lakukan tapi masih mengulur-ulur waktu sehingga makin menumpuk dan menumpuk barang di rumah. Pyuuuh. Ternyata makin seperti tempat penampungan sampah saking banyaknya yang harus dikemas, dipisahkan dan dilepaskan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bertahap aja mbak, bisa dilakukan tiap weekend. Nanti lama-lama terbiasa.

      Hapus
  20. Hidup minimalis emang tantangan banget menurutku.. Aplagi bukan hanya ttg barang2 yang ada di rumah ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Minimalis dalam segala hal sih mbak lebih tepatnya.

      Hapus
  21. Dari kemarin dengar istilah decluttering baru tau artinya pas baca artikel ini. Hehe...Saya belum mulai decluttering mbak. Kadang masih sayang barang ini barang itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe memang nggak gampang kok mbak, bertahap aja.

      Hapus
  22. Daebak Nesa yang masih muda ternyata jiwanya bijak sekali 😍 organize waktu juga termasuk ya.

    Kayaknya di bujo thn depan, aku mau nambahin list to do, biar terarah dan terfokus mana yang urusannya paling penting.

    Aku pengen ngikik yang bagian pinjam anak orang 😂 duh monmaaf ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha semangat ya mbak, semoga dilancarkan segala rencana-rencana kita semua.

      Hapus
  23. tipsnya mantap banget. harus saya ikuti
    Salah satu hal yang wajib banget di ikutin adalah menentukan prioritas
    apalagi saat sekarang
    mantul kak pembawaannya seneng banget baca artikelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah terima kasih kak, semoga dilancarkan ya beralih ke minimalis.

      Hapus
  24. Aku juga sejak 2 tahunan ini mulai nyortir barang di rumah. Yang ga penting langsung disingkirkan

    BalasHapus
  25. wah ini harus ay, suamiku suak gak mau keluarin barang2 yang dia punya kenangan padahal gak kepakai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal kenangan tuh yang abadi cuma dalam ingatan hehe

      Hapus
  26. Aku saat ini sedang mengupayakan untuk dapat hidup dengan minimalis. Separuh isi lemari sudah kukeluarkan, dan saat ini juga sudah nggak pernah beli barang-barang nggak penting. Rasanya lebih lega dan tidak terbebani.

    BalasHapus
  27. Aku udah baca buku Marie Kondo dan Seni Hidup Bersahaya dari ajaran Buddha Zen, selain itu sobat Blogger ku yang di Bali juga hidup zero waste banget, seneng liatnya jadi belajar ikhlas, merasa cukup dan banyak bersyukur ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa diterapkan sama kita juga ya mamski.

      Hapus
  28. Bener banget nih. Hal sepele beres-beres hp aja belum aku lakuin. Bismillah

    BalasHapus
  29. sebenernya aku termasuk orang yang sayangan banget sama yang namanya barang, tapi sadar kalo akhir akhir ini udah terlalu banyak barang yang sebenernya nggak kepake, pengen menerapkan juga nih hidup minimalis mulai dari barang2 yang jarang dipake aah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun sama, anaknya sentimental banget. Sayang banget buang barang. Tapi lama-lama sadar kalau barang-barang yang aku simpan nggak bermanfaat :)

      Hapus
  30. Wuih hidup minimalis ya. Sedang berusaha nih. Terutama poin bijak berkonsumsi.. Tfs yaaa :)

    BalasHapus
  31. ini malah jadi cita cita aku dan suamiku, terlebih nanti klo punya rumah sendiri mba. Maubbergaya hidup minimalis dari barang barang pribadi sampai perabot rumah tangga. Biar legaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga dilancarkan ya mbak semua rencananya.

      Hapus
  32. Masya Allah, memang hidup minimalis begitu rasanya lebih nyaman ya, sedang ingin sekali hijrah kesana, semoga bisa istiqomah :) makasih kak tipsnya keren :)

    BalasHapus
  33. Ini aku masih belajar terus nih, tapi sih kalau Marikondo sudah mulai dari tahun lalu. Emang awalnya sulit banget karena berasa sayang banget mau ngeluarinnya tapi gimana kalau gak dipaksa bakalan banyak yang gak kepakai sebenarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba Chichie, bertahap aja gpp banget yang penting jangan nimbun yang nggak perlu.

      Hapus
  34. Seneng banget mbak bacanya :')

    Saya termasuk yang pegang prinsip "kalo rusak, baru beli." Termasuk untuk HP, laptop, dan kamera. Tapi makin lama kok kayak pengen raup semua ya haha. Ternyata memang mesti mindful dan tau prioritas ya mbak. Sampai sekarang, saya juga masih struggling buat hidup minimalis. Godaan e-commerce dan barang-barang lucu bener-bener ampun deh!

    Semoga istiqomah ya mbak Nesa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha memang barang-barang lucu + estetik itu racun (kalau belinya bukan karena butuh ya). Pelan-pelan aja mbak, jadi minimalis itu belajar dulu semuanya, yang penting mindsetnya dulu dirubah. Hehe.

      Hapus
  35. Wah slow living msh susah banget nih buat aku. Soalnya aku agak ambisius haha tapi sedang berusaha untuk lebih selow biar tenang hidupnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp, aku juga sebelumnya di fase itu. Nanti juga capek sendiri kok. Haha.

      Hapus
  36. Kalau boleh cerita nih ya, saya sejak kecil udah hidup dibawah minimalis. Dalam arti justru saya hidup dalam serba kekurangan. Berasal dari keluarga miskin, hidup kami serba pas pasan. Jangankan bisa punya ini itu, sekolah saja saya banyak dibiayain orang lain

    Sekarang, kebiasaan minimalis justru saya selalu terapkan. Selalu teringat pepatah ortu dan guru ngaji apapun yg kita punya akan dihisab kelak. Jadi kalau ga perlu saya ga akan memilikinya. Dan itu yg saya ajarkan juga kepada anak saya. Alhamdulillah, suami mendukung...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Punten mau klarifikasi karena ini konteksnya salah.

      Minimalis bukan berarti miris alias hidup kekurangan ya teh. Sama juga kayak minimalis bukan berarti hidup hemat. Lebih ke memilah apa aja yang benar-benar kita butuhkan. Masalah harga itu tergantung dari kemampuan masing-masing. Jadi, walau minimalis bukan berarti beli barang-barang yang murah, mindset-nya beli barang yang dibutuhkan secara bijak dan berkelanjutan sekali pun harganya mahal.

      Sedangkan hidup kekurangan beli apa aja yang sesuai budget tanpa mikirin value-nya buat diri sendiri. Karena ini mah mindset-nya yang penting ada.

      Semoga tercerahkan ya.

      Hapus
  37. di bulan Maret lalu, saya sempat ikutan kelas berbenah sadis, diajarin hidup minimalist dan sumber rujukan utamnya Marie Kondo ini.
    saat decluttering ini yang benar-benar habisin waktu, benar-benar memilih yang mana spark joy itu gak cukup kalau cuma sehari per kategori, hihihih.
    tapi balik lagi sih, jangan nimbun, karena nanti di hari akhir kita akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang kita miliki sekarang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, decluttering memang harus bertahap karena manusia kan emang dasarnya susah melepaskan hehe. Semangat ya.

      Hapus
  38. Saya banget di bagian kelamaan mikir, belanjaan di keranjang udah berjuta2, tapi belinya nanti aja pas lagi kepepet bener2 butuh...
    Tapi decluttering masih susah nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha di keranjang ecommerce ku juga banyak teh, tapi akhirnya dihapus2in lagi setelah didiemin lama, karena sadar ternyata nggak bermanfaat.

      Hapus
  39. Langkah KonMari ini mau daku ikutan ah, soalnya kadang masih bingung ini mau dibuang tapi sayang banyak kenangan eeeaa. Biar lebih rapi aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesungguhnya kenangan bukan soal barang mbak, tapi soal ingatan.

      Hapus
  40. Mamih marie Kondo ini emang panutan dalam tata menata rumah. Untunglah aku lega pas dia ngomong: Konmari susah diterapkan di rumah yg ada anak-anaknya. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm kalau aku belum punya anak sih teh, jadi belum bisa menerapkan #egimana :))

      Hapus
  41. Marie Kondo emang the best deh kalau ngomongin bebenah barang-barang di rumah. Kita ga hanya diajarkan beberes sih sebenernya ya, tapi mindset kalau hidup itu simpanlah sesuatu yang memang bernilai dan membawa manfaat. Kalau gak, ya ngapain ya disimpen? Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, yang penting mindset dulu aja sih yang berubah.

      Hapus
  42. Aku tipe kalo barang blum rusak blm beli hahaha jadi pake yg lama aja dulu

    BalasHapus
  43. Aku jadi merasa kayaknya kok dari dulu aku ya minimalis.... apapn berhemat.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi minimalis konsepnya hidup sadar dan berkucukupan, bukan hidup hemat mbak. Hehe.

      Hapus
  44. Marie Kondo mengajarkan cara sedangkan agama dan pemahaman lingkungan membuat kita memiliki keyakinan teguh
    Saya juga sedang berjuang hanya membeli sesuai kebutuhan

    BalasHapus
  45. Setuju ma penutupnya, emg kuncinya itu kita harus lebih byk bersyukur ya mba..

    BalasHapus
  46. Kalo aku sebenarnya jarang belanja tapi dapat goodie bag banyak dari sponsor hehe. Sebagian sudah dikasihkan ke orang tapi masih numpuk lagi. Kalo buku, dulu pernah jualin berkardus-kardus tapi masih banyak juga yang numpuk. Pengen bikin perpus pribadi, belum jadi-jadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bisa dimanfaatkan sih gpp mbak, semoga tercapai ya bikin perpus pribadinya.

      Hapus
  47. Wah jadi kayak diingetin lagi nih tentang apa itu prioritas. Setuju banget Nes sama quotesnya. Btw soal belajar hidup minimalis ada salah satu mamah muda lainnya selain jeng Marie Kondo yg juga menginspirasi saya..intip deh akun yutup nya Hamimommy. Hope you'll like it as i do

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga suka nonton YT Hamimommy kok teh hahaha.

      Hapus
  48. Yeay rilis. Aku juga Buat postingan judul sejenis beberapa Bulan lalu Mbak. Yang soal slow living itu relate dengan mindfulness ya.

    BalasHapus
  49. semua berawal dari pola pikir ya buat memulai hidup minimalis dengan tips yang kamu berikan jadi memudahkan untuk memulai hidup minimalis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama niat memulainya juga sih teh harus dikuatin. Hehe.

      Hapus
  50. Aku masih maju mundur nes, tapi sudah mencoba memulai hidup minimalis. Semoga istiqomah, aamiin.

    BalasHapus
  51. Wah seru sih ini pembahasannya, apalagi untuk kaum wanita ya. Pasti sulit dan menantang banget untuk hidup minimalis, tapi gak ada salahnya dicoba kan.

    BalasHapus
  52. Yang susah menyortir barang sentimentil. Tapi sekarang udah enggak lagi sih. Aku juga menerapkan pola hidup gini meski ga tahu namanya hehe

    BalasHapus
  53. setuju mbak, kadang aku berpikir hidup kudu simple, ga usah ribet, kadang udah diribetin sama ini itu
    kalo liat barang sendiri dikamar, jadi mikir banyak banget ternyata, perlahan mulai menjualkoleksi majalah yang selama bertaun taun aku simpan, meskipun awalnya sayang mau dijual

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah keren mbak, akhirnya berani melepaskan juga ya.

      Hapus
  54. Selamat Nes, udah belajar menjalani hidup yang lebih bermakna... Aku jg tertarik dengan konsep hidup minimalis, tapi belum aja nih. Pengen baca buku ttg itu, termasuk Marie Kondo. Kalo belanja sih aku msh terbilang bisa menahan diri. Tapi ttp aja kok barang byk bgt yg disimpan, padahal gak semuanya dipake. Hrs belajar melepaskan nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pelan-pelan aja teh, nggak perlu ekstrim. Semua pun nggak langsung berubah kok.

      Hapus
  55. Wow. Aku bold no. 2 dan 3. Mba. Inspiring, ngena bangeet. Bahasanya gurih banget. Asyik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah makasih kak. Selamat menjalani hidup minimalis ya!

      Hapus

Hi, thank you so much for stopping by. Let's connected!

- nesa -

Twitter

Instagram

Facebook Fanpage

Subscribe