Review book : The Marriage Roller Coaster

Januari 20, 2014

Judul     : The Marriage Roller Coaster
Penulis  : Nurilla Iryani
Penerbit : Stilleto Book
Genre : Fiksi , Romantis
Tebal    : 206 halaman
Harga   : 42.000

Sinopsis
Kehidupan pernikahan itu bagaikan rollercoaster. Yes? No?

Jungkir balik! Kadang di atas, kadang di bawah. Ada yang menikmati dan tertawa bahagia, ada juga yang tersiksa dan menangis tersedu. Setelah mencobanya, setiap orang punya pilihan masing-masing: ingin terus mencoba atau justru kapok luar biasa.

Bagaimana dengan Audi dan Rafa? Kehidupan urban yang dijalani pasangan ini memberi tantangan lebih pada pernikahan mereka. Bagaimana mencari waktu untuk bersama di tengah kesibukan mereka. Bagaimana mengatur mood setelah semua energi positif hilang di kantor. Bagaimana menahan godaan dari orang yang pernah hadir di masa lalu.
Akankah mereka terus mencoba dan bertahan? Atau justru kapok dan menyerah? 

Review

The Marriage Roller Coaster Berawal dari mengunjungi sebuah blog novel, akhirnya dijadikan sebuah buku. Saya satu diantara sekian pengunjung blog yang rajin menunggu kelanjutan ceritanya tiap rabu loh. Hihi. Judul novelnya terlihat sangat berat, tapi saya suka sama plot yang disajikan mbak @nyiell penulisnya, alur ceritanya nggak membosankan. Membaca novel ini membuat saya seakan-akan masuk ke dalam ceritanya. Entah kenapa saya ikut larut dalam emosi Audi si tokoh utama dalam menghadapi Rafa suaminya yang super sibuk. Mungkin karena sesama perempuan kali yah jadi sensitif :')))

Saya memang belum menikah sih, tapi entahlah saya bisa merasakan diri saya disitu sebagai Audi. Audi sakit hati saya ikutan sakit hati, Audi nangis saya juga ikutan nangis. Konyol :p

Pada dasarnya buku ini mengambil sudut pandang perempuan yang disetiap harinya selalu lebih menggunakan perasaan ketimbang logika untuk menyelesaikan masalahnya. Menikah memang indah : semua menjadi halal, menambah rejeki bagi keduanya, dan menjadi keberkahan sendiri dari yang Maha Kuasa. Tapi esensi menikah bukan hanya masalah menjadi halal semata, ternyata untuk menjalani hari-hari setelah pernikahan itu nggak mudah, banyak aral rintangan yang harus dihadapi, seperti beberapa potongan masalah yang ada di buku ini misalnya. Entah dari keluarga kedua belah pihak ataupun dari masa lalu. 

By the way i love Yoga Indrajati in here. Mantannya Audi yang super duper baik itu. Kenapa nggak dia yang perfect aja yang jadi suaminya Audi? Kenapa cobaak? Hahaha. Mungkin jawabannya karena seseorang tersebut terlalu perfect sehingga bisa bikin hidup kita jadi datar-datar aja nggak ada tantangannya. Gitu kali ya. Hehe. 

Buku ini memberikan sedikit gambaran pada saya tentang bagaimana menyikapi berbagai masalah dalam kehidupan berumah tangga di era modern saat ini. Terlebih jika pasangan kita se-cuek dan se-egois Rafa. Jadi berpikirlah baik-baik sebelum menikah. Jangan gegabah, but.. untuk wanita jangan kelamaan juga. Because im woman so i have limited age to get pregnant. Noted ya!

Pada dasarnya alasan menikah itu untuk bahagia kan? Nggak ada yang pengen nikah kilat semacam artis-artis kan? Yaudah kalau sekarang dirasa sudah cukup umur, sekarang tinggal mempersiapkan diri, meyakinkan diri, dan membatasi diri apakah kita masih ada waktu untuk main-main. Jangan buru-buru men-judge pernikahan itu berarti bentuk 'pengekangan' terhadap pasangan yah. Nggak semuanya kayak gitu. Buktinya ayah saya diusianya yang udah setengah abad sampai saat ini masih suka kongkow-kongkow sama temen-temennya selama itu masih dijalan positif dan punya kesadaran untuk membatasi diri :')

Terimakasih mbak Nyiell untuk novel super kerennya. Sangat menginspirasi. Terus berkarya dan kalau bisa bikin novel selanjutnya yang tebelan yah mbak biar pembacanya makin penasaran :)))

PS : Menurut ilmu psikologi, jangan menikahi laki-laki yang usianya dibawah 25th, karena pikiran matang lelaki terbentuk di usia 25th. Oh okey.

-Neisia-

You Might Also Like

1 comments

Hi, thank you so much for stopping by. Let's connected!

- nesa -

Twitter

Instagram

Facebook Fanpage

Subscribe