Menjalani Hidup Dengan Lambat

Maret 29, 2015

Saya lagi senang-senangnya membahas sesuatu. Apapun. Sekecil apapun itu bentuknya. Bukan karena saya nggak punya kerjaan sih, tapi nggak tahu kenapa akhir-akhir ini saya ingin hidup saya lebih banyak belajar arti dari tiap kejadian yang saya alami langsung.

Kayak tadi pagi nih, sebelum berangkat kerja saya mendengar seorang mbak pedagang jamu keliling yang memanggil tetangga saya yang tidak lain adalah langganannya. Dengan lemah lembut putri solo si mbak memanggil.

" Neng, jamunya neng .. " 

Lalu beberapa saat saya dengar dia sedang merapikan botol-botol dagangannya. Si tetangga saya menyahut dari dalam rumah bahwa hari ini dia sedang tidak ingin minum jamu.

" Libur dulu ya mbak, besok lagi " 

" Oh hari ini nggak jajan nih? besok aja jajannya? " Balas mbak jamu ramah.

" Iya mbak "

Saya memang masih didalam rumah pada saat mendengar itu. Tapi saya tahu persis mbak jamu langganan tetangga saya ini. Nggak tahu kenapa ya, mendengar sahutan ramah mbak jamu ini kok rasanya adem banget ini hati. Suaranya itu semacam suara orang-orang yang hidupnya nggak ada beban. Saya nggak lagi mengada-ada. Tapi itu terdengar jelas ditelinga saya pagi ini.

Terus pikiran saya jadi kemana-mana nih, pertanyaan-pertanyaan ini pun muncul seketika: " Apa iya itu si mbak hidupnya nggak punya masalah ya? Kok bisa sih dia ramah gitu sama yang beli? Nada suaranya itu loh bikin damai. Kok bisa ya dia riang dan happy tiap hari? " 

Belum lagi sewaktu ketika saya naik angkutan umum untuk berangkat kerja. Angkutannya sepi. Penumpangnya hanya ada saya, saya ingat waktu itu hari sabtu. Saya melihat sang supir angkot duduk didepan bersama anak perempuannya yang mungkin usianya 5 tahun. Mereka berdua mengobrol sesuatu sambil tertawa riang tanpa beban, saya terenyuh. Supir angkot ini sayang banget sama anaknya, nggak mengeluh dan nggak peduli dengan angkotnya yang masih sepi. Dalam hati saya berdoa semoga beliau hari itu dan seterusnya diberi rezeki yang banyak.

Dan satu lagi, dulu sewaktu saya naik kereta api seringkali menemukan banyak manusia dengan berbagai tipe. Saya memperhatikan mereka satu persatu. Yang bikin saya merinding sekaligus takjub adalah ketika saya melihat sebuah keluarga yang (maaf) Ayah dan Ibunya buta. Kalau tidak salah mereka membawa 3 orang anak yang semuanya normal. Ketika berhenti disebuah stasiun, ketiga anak dari keluarga itu tampak sibuk membopong orangtuanya yang susah payah turun. Tapi entah kenapa saya bisa melihat kebahagiaan mereka yang saling tersenyum karena sudah sampai. Ternyata kebahagiaan mereka tidak lebih karena bisa jalan-jalan ke kota bersama. Mereka, dengan segala keterbatasannya bisa bahagia dengan caranya sendiri. So sweet.    

Itu cuma segelintir yang bisa saya tulis. Masih banyak pelajaran hidup dari orang-orang hebat yang saya temui secara nggak sengaja. Hidup ini tuh lucu ya, kita nggak tahu kapan kita belajar bersyukur, tahu-tahu dilihatin langsung sama kejadian nyata yang bikin kita 'tertampar' tanpa pandang tempat.Yang saya tahu suara, aura, dan raut wajah orang tulus sama kepaksa itu beda. Melihat orang-orang seperti ini kadang bisa bawa energi positif buat kita jalanin hari ke depannya.

Saya seperti sedang menjalani semuanya dengan lambat. Menikmati segala hal-hal tentang hidup dengan pelan-pelan kemudian mengambil hikmahnya dari setiap kejadian. Agama mengajarkan kita untuk lihat kebawah itu betul adanya, saya bisa merasakan syukur yang luar biasa ketika bertemu orang-orang tulus seperti orang-orang yang saya tulis tadi. 

Be good and Do Good. Karena kita tidak pernah tahu seberapa lama lagi kita diberi waktu untuk hidup di dunia ini.   



Orang hebat itu bukan orang yang punya banyak harta dan jabatan, melainkan orang yang selalu bersyukur dengan semua yang diberikan Allah dihidupnya. Alhamdulillah..


-Neisia-

You Might Also Like

0 comments

Hi, thank you so much for stopping by. Let's connected!

- nesa -

Twitter

Instagram

Facebook Fanpage

Subscribe