Senandung Maaf

November 05, 2016

“ Senandungkan lagu ini.. atas rindu dihati..
berlutut ke lantai bumi bersedih menyepi.. “

Kemarin sore, sewaktu habis mandi tetiba saya ingin dengerin lagu WSTCC yang judulnya Senandung Maaf. Sebenernya ini tuh udah entah yang keberapa ratus kali denger lagunya, tapi baru kali ini saya bener-bener termerenung-dengan-masih-pake-handuk-doang disitu. Saya jadi ingat sesuatu, bertanya pada diri sendiri: selama 26 tahun saya hidup ini apakah saya sudah bisa memaafkan? Entah itu pada diri sendiri atau orang lain?

Ada yang lucu dari tiap perayaan lebaran. Tiap orang meminta maaf entah via sosmed, sms, telepon atau bertatap muka sekalipun. Meminta maaf saat moment lebaran sudah menjadi formalitas dari tahun ke tahun. Meminta maaf bukan berarti tidak akan berbuat salah lagi, melainkan akan diulangi. Buat saya maaf itu sakral sama kayak menikah, bukan untuk dipermainkan ataupun diulangi. Tapi saya juga tahu kalau manusia tidak ada yang sempurna, semua pasti akan melakukan kesalahan layaknya dosa. Apalah pendapat saya yang ilmunya hanya sedengkul ini.

Kalau dulu kalian pernah nonton film Meteor Garden pasti ingat tagline nya Tao Ming She : “ Kalau minta maaf cukup buat apa ada polisi ” pendapat dia itu ada benernya juga sih.. Tapi setelah minta maaf biasanya polisi baru bertindak menghukum. Bahkan orang yang tobat sekalipun dia tetap harus merasakan hukuman dari Tuhan dulu sebelum benar-benar terbebas. Ya, begitulah hidup, semua ada aturannya. You get what you give

Sejauh ini memaafkan paling sulit adalah memaafkan diri sendiri. Saya pernah kecewa berat terhadap diri karena melakukan hal-hal yang menyakiti diri sendiri. Saat itu perasaan saya nggak tenang, apapun yang saya kerjakan selalu gagal fokus. Ah.. kalau jadi saya waktu itu rasanya serba salah, saya melakukan sesuatu yang terpaksa bukan dari hati saya. Sampai akhirnya sesuatu hal terjadi yang memporak-porandakan kehidupan dunia saya dalam waktu semalam, sehingga saya harus mengakui kalau saya akhirnya harus menyerah dengan keadaan tersebut. 

Menyerah membuat saya kalut. Saya jatuh-sejatuh-jatuhnya karena saya nggak mengikuti kata hati saya. Saya cuma bisa menyesal dan berharap Tuhan mengambil nyawa saya pada saat itu. Bisa dibilang itu titik terendah dalam hidup saya. Ketika saya mengakui saya salah, saat itu saya masih sulit terima dengan kenyataan. Hidup saya semakin terguncang. Saya seperti kehilangan sebelah sayap saya untuk terbang. 

***

But, Im still alive until now..

Rupanya Tuhan ingin saya bisa memaafkan diri saya atas semua kesalahan masa lalu saya. Dia mau saya berdiri lagi dengan saya yang baru. Saya yang sudah kuat dan mampu berjalan lagi dengan arah yang lurus. Saya yang menjadi diri saya yang sebenarnya.

Kalau ada yang bilang saya perempuan kuat yang hebat, saya cuma bisa tersenyum dan bilang dalam hati : 'kalian hanya tidak tahu bagaimana caranya saya berjuang melewatinya sampai dengan saya bisa dengan lancar menulis ini'

Seburuk apapun masalalu, maafkanlah..Semua tidak akan bisa dirubah, hanya penerimaan dengan ikhlas yang akan meringankan hidup selepasnya.
Dalamnya lautan masih bisa dijangkau, tapi dalamnya hati manusia siapa yang tahu..

Satu hal yang kamu harus tau, jangan pernah sekalipun berharap pada manusia, karena nanti kamu akan kecewa dibuatnya.


Sincerely,
Nesa

You Might Also Like

6 comments

  1. Mba, kirain kita seumuran, ternyata lebih senior hehehe brarti bener panggilnya harus pake "Mba".
    Setuju banget Mba, memaafkan diri sendiri emang yang paling sulit. Rasanya serba salah dan serba nggak enak. Tapi ternyata cara paling ampuh untuk bisa memaafkan diri sendiri memang "hanya" bersyukur, sesimpel dan serumit itu :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Umurnya berapa tahun? Aku sih ikhlas2 aja kalo mau dianggap seumuran sih hahaha

      Iya makanya harus banyak-banyak bersyukur ya :)

      Hapus
  2. Aku setuju banget dengan jangan berharap pada manusia ..
    Kuat terus !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..Nanti kecewa.. Mending berharap sama yang Maha Kuasa Pemilik semua :)

      Hapus
  3. Aaaak galau! Susah emang untuk bisa menerima dan berdamai dengan diri sendiri. Memang barangkali sebaiknya kita hidup seperti Larry. *apa ini komentarnya gak nyambung*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Larry iki sopo teh? Coba kenalin sama akoh. Hahaha

      Hapus

Hi, thank you so much for stopping by. Let's connected!

- nesa -

Twitter

Instagram

Facebook Fanpage

Subscribe